Pidato kontroversial itu disampaikan Zainudin dalam peringatan Hari Santri Nasional, Minggu (22/10/2017) lalu. Cuplikan pidato terekam dalam video berdurasi 3.07 menit dan tersebar di sejumlah akun media sosial.
Di salah satu isi pidato, Zainudin menyayangkan terjadinya pengkotak-kotakan di antara umat Islam. Selain itu, sikap Said Aqil sebagai pimpinan yang menyinggung tampilan jenggot juga disebut Zainudin tidak pantas.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ini tiap hari dicaci maki sama pimpinan NU pusat, KH Profesor Said Aqil Siroj. Kata beliau, makin panjang jenggot seseorang, makin bodoh karena otaknya tertarik," lanjutnya.
Selain itu, dalam pidato, Zainudin mengajak nahdliyin di Lampung Selatan menggugat soal ucapan Said Aqil.
"Saya walaupun nggak masuk pengurus NU, saya marah dengan Aqil Siroj. Pendiri NU dicaci maki. Buka YouTube, buka medsos. Mestinya Pak Ismail marah, berangkat ke Jakarta. Kalau nggak ada bus, siapkan bus nanti saya ganti," sebutnya.
Menanggapi viralnya video pidato Bupati Lampung Selatan itu, Sekjen PBNU Helmy Faishal Zaini mengatakan tidak patut seorang pemimpin daerah menyampaikan pidato bernada provokatif. Helmy menilai ucapan Zainudin sudah melampaui batas.
"Tidak etis seorang bupati yang hadir di acara Hari Santri berbicara demikian. Seharusnya bicara soal sejarah yang harus diteladani saat ini seperti apa. Malah bicara seperti itu. Kenapa pemilihan diksinya kalimat yang provokatif? Itu sudah melampaui batas," ujar Helmy dalam pesan kepada detikcom, Rabu (25/10/2017).
(nkn/tor)