"Sejak kemarin, jumlah gempa mengalami penurunan yang cukup dramatis," kata Kasbani Kasbani di Karangasem, Bali, Senin (23/10/2017).
Data visual menunjukkan tekanan asap sulfatara dari kawah Gunung Agung tampak lemah. Namun intensitas asap putih itu cukup tebal dengan ketinggian mencapai 500 meter dari permukaan kawah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Walau data dari aktivitas gunung setinggi 3.142 Mdpl itu menunjukkan penurunan kegempaan, Kasbani menegaskan data seismik, deformasi, geokimia dan visual menyebutkan hal berbeda. Hal ini karena penurunan drastis menandakan tak ada lagi sedimen atau bebatuan yang menahan tekanan magma.
"Data GPS selama satu bulan terakhir menunjukkan bahwa terjadi penggembungan di bagian puncak sekira 6 cm. Data satelit yang terakhir pada 15 Oktober 2017 juga menunjukkan bahwa dipuncak terjadi penggembungan berkisar 6 cm. Ini berarti magma sudah berada di atas 4 kilometer dari puncak kawah," ujar Kasbani.
Kasbani menambahkan secara visual kawah Gunung Agung telah berubah signifikan karena munculnya rekahan-rekahan yang mengeluarkan asap sulfatara tebal setinggi 100-500 meter dari permukaan kawah. Citra satelit juga menunjukkan area panas baru di kawah bagian timur laut dan tengah.
"Dan keluarnya air dari permukaan kawah menunjukkan adanya gangguan hidrologis di dalam tubuh gunung akibat pergerakan magma yang masif," ucap Kasbani.
(vid/try)