Mantan Kadensus 88 Polri itu melakukan inkognito karena tidak ingin dibohongi oleh anak buahnya. Ia juga tidak terlalu puas apabila hanya mendengarkan hasil paparan dari jajarannya saja, tanpa mengetahui kondisi secara langsung di lapangan.
"Sering inkognito sendiri, (sehingga) saya tahu, oh ini (misalnya) Polres Jakarta Timur kalau malam nggak nyala lampu rotator mobilnya, saya baru bisa ngomong. Tapi kalau 'Metro 1 (Kapolda) ke Kramat Jati', semua rapi itu, (bisa) tipu-tipu semua itu, makanya saya sering keluar sendiri," kata Irjen Idham di Jakarta, Minggu (22/10/2017).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya biasa lakukan itu, saya datang sendiri. Kalau saya datang pakai prosedural semua orang tahu, Kapolda-Metro 1 datang ke sini pasti langsung dipancarkan (lewat HT). Tapi kalau saya datang sendiri-sendiri, bahkan saya nyetir sendiri, naik taksi sendiri sering tuh keluar dari Menteng," lanjut Idham.
Jika beredar di luaran dengan berseragam lengkap, kendaraan dinas plus ajudan, tentu keberadaannya akan sangat mudah dikenali oleh jajarannya. Maka dari itu, Idham terkadang berinisiatif untuk pergi sendiri tanpa pengawalan agar bisa melihat lebih jelas kondisi anggota di lapangan.
"Tapi setidaknya cara saya begitu. Misalnya enggak usah jauhlah dari Menteng ke sini dipancarkan di setiap titik pasti, 'Metro 1 sampai sini, Metro 1 sampai sini', tapi kalau saya keluar sendiri, ya mereka nggak akan ada tahu saya, saya naik taksi sendiri," tutur mantan Kapolda Sulawesi Tengah itu.
Saat inkognito itu, Kapolda langsung menegur anggota di lapangan ketika melihat sesuatu yang salah. "Bagaimana saya tahu rotatornya tidak dinyalakan, pos lantas itu 'tidur', enggak ada orangnya, nah setelah itu kan saya baru bisa negur, tadi malam jam segini kamu enggak ada, saya kasih tahu dia," tandas mantan Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya itu.
(mei/idh)











































