Jokowi mengatakan peredaran hoax yang merajalela itu harus dihilangkan. Tak hanya soal isu SARA, menurutnya, informasi palsu (hoax), fitnah, dan ujaran kebencian yang saling menjelekkan juga harus terus dikurangi.
"Itu yang harus dikurangi, yang harus dihilangkan mengenai isu-isu yang ada di media sosial yang berupa hoax, fitnah, saling menjelekkan, apa lagi yang berkaitan dengan SARA," kata Jokowi dalam wawancara khusus dengan detikcom di Istana Bogor pada Kamis (12/10/2017).
Jokowi meminta meminta para pihak tak bertanggung jawab yang memproduksi isu SARA itu untuk berhenti. Sebab, Indonesia adalah negara majemuk yang memiliki keberagaman suku, agama, hingga bahasa daerah, jangan ada yang membentur-benturkan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Urusan politik ini kan 5 tahun sekali, pilihan bupati, pilihan walikota, pilihan gubernur, pilihan presiden. Saya selalu sampaikan kepada masyarakat silakanlah dipilih, coblos, setelah itu harus rukun kembali," ujarnya.
"Jangan sampai dipanas-panasi karena pilihan bupati atau pilihan presiden," imbuh Jokowi.
Tapi Jokowi percaya jika masyarakat terus dewasa dan cerdas menghadapi isu SARA maupun hoax. Pilkada dan pilpres akan terus membuat masyarakat semakin matang.
"Tapi saya melihat masyarakat ini sekarang semakin dewasa, semakin matang, cerdas, pintar karena sudah berkali-kali ikut pilkada dan pilpres," tuturnya.
Nantinya masyarakat akan secara alami dapat menyaring antara informasi yang benar dan hoax. Menurutnya, tugas pemerintah ialah mendorong penyatuan kekuatan (kohesivitas) masyarakat.
"Ini akan mendewasakan masyarakat, mana yang bener, mana yang tidak. Mulai bisa menyaring secara alami, pemerintah tugasnya mendorong agar kohesivitas sosial terjaga dengan baik," ucap Jokowi. (jbr/fjp)











































