"Kita ketemu enam tempat dan sangat mengagetkan. Ternyata di sana tidak ada program deradikalisasi, jadi kita lebih advance," ujar anggota Pansus Terorisme Bobby Adhityo Rizaldi di gedung DPR, Senayan, Jakarta, Rabu (18/10/2017).
Bobby enggan menjelaskan rentang waktu kunjungan Pansus Terorisme. Yang pasti, mereka mengaku menemukan beberapa hal terkait penanganan teroris di Negeri Paman Sam tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bobby lalu memerinci tempat yang dikunjungi Pansus selama di AS.
"Di Washington, DC, ketemu homeland security, kita dibagi tiga tempat. Di New York tiga tempat juga. Yang batal itu ke NYPD," ungkapnya.
"Sama White House, Senior Advisor Donald Trump on CT. Karena padatnya acara, rombongan dibagi menjadi dua grup," imbuh Bobby.
Rombongan Pansus berkunjung bersama pemerintah yang diwakili pihak Kemenkumham, Polri, BNPT, dan TNI. Bobby lalu menjelaskan poin yang mungkin dapat diadopsi Indonesia dari kunjungan ke AS dalam rangka merampungkan RUU Terorisme.
"Dalam penanganan teroris, mereka menganggap ini sebagai kriminal. Kita ingin tidak ada lagi istilah seperti mengkriminalkan organisasi tertentu, religi tertentu," tutur Bobby.
"Mereka ada istilah CVE, ekstremis itu bisa di mana-mana. Contoh penembakan di Las Vegas, kan bukan agama tertentu, tapi teror. Sama misalkan penetapan organisasi yang terindikasi link teroris. Mereka ada listing dan delisting. Kita ada pasal, tapi belum tentukan siapa yang menetapkan," pungkasnya. (gbr/nvl)











































