Saat Mega Tak Pakai 'Koalisi Semangka' di Pilgub Jatim 

Pilgub Jatim

Saat Mega Tak Pakai 'Koalisi Semangka' di Pilgub Jatim 

Erwin Dariyanto - detikNews
Rabu, 18 Okt 2017 12:40 WIB
Foto: Yulida Medistiara/detikcom
Jakarta -

Senyum Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas terus mengembang ketika keluar dari kediaman Ketua Umum PDIP Perjuangan Megawati Soekarnoputri di Jalan Teuku Umar, Jakarta Pusat, Sabtu (14/10/2017) malam. Hal ini pun mengundang tanya sejumlah juru warta yang telah menunggu di gerbang rumah Mega.

Kepada wartawan, pria yang akrab disapa Anas itu mengaku tak ada yang aneh dari senyumannya. Toh setiap bertemu orang lain dia selalu tersenyum. Keesokan harinya, di kantor DPP PDIP, Megawati mengumumkan bahwa Anas akan menjadi bakal calon wakil gubernur yang akan mendampingi Saifullah Yusuf (Gus Ipul) sebagai calon Gubernur Jawa Timur 2018-2023.

PDIP akan bersama Partai Kebangkitan Bangsa mengusung duet tersebut. Kabar bahwa Anas akan mendampingi Gus Ipul santer terdengar di kalangan politikus di Jawa Timur sejak sepekan sebelum diumumkan oleh Megawati.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Saya sudah dapat kabar sepekan sebelumnya," kata seorang politikus di Jawa Timur saat berbincang dengan detikcom, Senin (16/10/2017).

Politikus yang tak mau disebutkan namanya itu mengaku heran atas sikap Mega yang merestui Anas mendampingi Gus Ipul. Ini lantaran duet Gus Ipul-Anas merupakan kombinasi nahdliyin dengan nahdliyin. Padahal, kata dia, idealnya pasangan cagub dan cawagub Jatim itu kombinasi nahdliyin-abangan.

Selain Anas, ada tiga nama bakal cawagub yang digadang-gadang PDI Perjuangan untuk mendampingi Gus Ipul. Mereka adalah Ketua DPD PDI Perjuangan Jawa Timur Kusnadi, Bupati Ngawi Budi Sulistiyono yang biasa disapa Kanang, dan Bupati Trenggalek Emil Dardak. "Sebetulnya duet yang banyak digadang-gadang adalah Gus Ipul-Kanang, yang mewakili aspirasi NU dan Mataraman," bisik sumber lain yang cukup dekat dengan Megawati dan Gus Ipul kepada detikcom.

Spanduk Gus Ipul dan Kanang (Mbah Kung), dia melanjutkan, sudah bertebaran di sejumlah sudut wilayah di Jawa Timur. Selain memasang wajah kedua tokoh, di salah satu baliho tertulis kalimat "Mewujudkan Jawa Timur Adem dan Agamis". "Mba Mega tentu punya kalkulasi dan intuisi tersendiri kenapa akhirnya memilih Anas," ujarnya.

Saat mengumumkan duet Gus Ipul-Anas, Mega mengakui di Jawa Timur secara sosiologis dikenal ada yang mewakili kalangan santri (hijau) dan Mataraman yang nasionalis (merah). Bila terjadi duet politik dari dua lapisan masyarakat ini, lazim disebut sebagai 'koalisi semangka' (hijau-merah).

"Kalau saya maunya semangka (yang) merah di luar, hijau di dalam. Tapi kan belum ada, adanya selalu hijau di luar, merah di dalam. Jadi saya bilang ini bukannya hijau atau merah, ini adalah (koalisi) Merah-Putih untuk Indonesia Raya," kata Megawati disambut tepuk tangan hadirin.

Menurut Direktur Eksekutif Media Survei Nasional (Median) Rico Marbun, meski mewakili PDIP, Anas sejatinya berlatar santri (hijau) lantaran dibesarkan dalam lingkup pesantren. Dia juga dibesarkan dan aktif bersama Nahdlatul Ulama. Sejak kecil, dia menghabiskan masa sekolah di pesantren.

Sekretaris Jenderal PKB Daniel Djohan, yang dihubungi terpisah, tak khawatir atas kombinasi pasangan tersebut yang merepresentasikan NU-NU, bukan NU-abangan atau abangan-NU.

Yang terpenting, kata dia, sejak saat ini struktur PDIP dan PKB segera bergerak dan berbagi tugas. PKB bersama Gus Ipul menggarap basis NU, adapun PDIP dan Anas mengelola di daerah abangan atau Mataraman. "Sehingga dua kekuatan bersatu dan menjadi kuat," kata Daniel.

(erd/jat)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads