Kegelisahan Masyarakat Karangasem soal Status Gunung Agung

Kegelisahan Masyarakat Karangasem soal Status Gunung Agung

Prins David Saut - detikNews
Senin, 16 Okt 2017 18:08 WIB
Foto: Bupati Karangasem IG Ayu Mas Sumatri (David-detikcom)
Jakarta - Status awas Gunung Agung sudah berlalu 24 hari lamanya tanpa erupsi. Pengungsi, masyarakat, hingga pemerintahan Kabupaten Karangasem dibuat gelisah dan khawatir.

"Kita bersama berdoa kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, dimana saat ini Kabupaten Karangasem ingin bangkit dan menuntaskan kemiskinan tapi ternyata Gunung Agung mulai aktif," kata Bupati Karangasem IG Ayu Mas Sumatri di Candidasa, Karangasem, Bali, Senin (16/10/2017).

Sumatri mengatakan itu dalam acara pemberian bantuan pakan hijau ternak (PHT) oleh PT. Charoen Pokphand Indonesia sebanyak 33 ton. Bantuan ini merupakan kelanjutan bantuan pakan konsentrat sebanyak 50 ton yang telah diserahkan sebelumnya pada 28 September 2017 di posko Tanah Ampo kepada Dirjen PKH, I Ketut Diarmita.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Saya berharap apa yang dilakukan oleh Charoen Pokphand ini dapat dijadikan contoh perusahaan lain untuk peduli terhadap ternak para pengungsi Gunung Agung. Sebab aset masyarakat tersebut adalah ternak. Dengan adanya bantuan tersebut diharapkan warga pengungsi bebannya terbantu, terutama mendapatkan pakan ternak yang selama ini dititipkan di penampungan sementara," ungkap Sumatri.

Sumatri menyatakan 138 ribu dari total 500 ribu jiwa penduduk Karangasem mengungsi karena Gunung Agung semakin aktif. Para pengungsi bahkan ada yang keluar dari Pulau Bali, menuju Banyuwangi dan Lombok.

"500 Ribu penduduk di Karangasem, 138 ribu orang di antaranya mengungsi. Mereka termasuk 13 ribu anak-anak SD dan 7 ribu anak-anak SMP. Mereka tersebar di 412 titik pos pengungsian di seluruh Pulau Bali. Ada juga yang ke Banyuwangi, Lombok dan daerah luar lainnya," ujar Sumatri.

Tak hanya kependudukan, Sumatri juga bicara terkait pendapatan asli daerah (PAD) Kabupaten Karangasem yang turut terdampak. Sumatri menyatakan PAD Karangasem nyaris tidak ada karena mengandalkan tambang pasir di kaki Gunung Agung.

"Ini kondisi Karangasem, mudah-mudahan cepat berlalu. Spirit-nya ingin meningkatkan PAD tapi ternyata sekarang kembali ke titik nol. PAD Karangasem terbesar adalah galian C (tambang pasir) tapi itu masuk zona merah sehingga tidak boleh menggali pasir. Otomatis, PAD Karangasem nol," ucap Sumatri.

Bupati Karangasem IG Ayu Mas SumatriBupati Karangasem IG Ayu Mas Sumatri Foto: David-detikcom

Sementara, sektor pariwisata disebut Sumatri masih belum pulih benar walau sebagian besar wilayah kabupaten di sisi timur laut Pulau Dewata itu adalah zona aman. Sumatri mengibaratkan pariwisata Karangasem saat ini seperti menangkap capung emas.

"Pariwisata saat ini sensitif sekali. Kita seperti menangkap capung emas, ketika didekati dia menjauh tapi kita diamkan dia mendekat. Kejadian ini tidak kita minta. Nah, ini yang ada di Kabupaten Karangasem sekarang," ungkap Sumatri.

Selain PAD, Sumatri juga mengkhawatirkan penduduknya di pengungsian. Para pengungsi sempat bertanya ke Sumatri jika Gunung Agung tidak juga erupsi dalam waktu lama atau bererupsi lama seperti Gunung Sinabung.

"Pengungsi khawatir apabila ini berlangsung jangka panjang. Mungkinkah kita sepanjang zaman tidak memiliki kepastian? Jadi kepastian ini dibutuhkan masyarakat. Marilah kita bersama-sama, apa yang harus dilakukan bersama," pungkas Sumatri.

Tak memiliki jawaban untuk masalah-masalah yang dihadapi membuat Sumatri meminta masyarakat untuk berdoa. Ia juga meminta semua donatur dan relawan yang membantu tanggap darurat untuk menyampaikan permohonan maaf Sumatri pada penduduknya.

"Ketika datang ke para pengungsi, saya mohon titip pesan, saya sangat diharapkan namun belum bisa hadir. Sampaikan permohonan maaf saya, tentu sebagai manusia saya tidak luput dari kekurangan. Harapan saya, semoga atas doa saya, para pengungsi diberikan berkat dan kesehatan," imbuh Sumatri. (vid/idh)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads