Menurut Kabag Humas Lebak,EkaPrasetiawan, saat itu bupati marah khususnya kepada kepaladesaBojongMenteng dancamatLeuwidamar. Ia mempertanyakan kenapa pihak desa tidak memonitor pembangunan taman yang dibangun oleh anggaran Pemda.
Kebetulan, di hari yang sama atau Kamis (12/10) recananya di lokasi yang merupakan pintu masuk ke kawasan adat Baduy juga akan ada kunjungan Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Eka menjelaskan, bupati Lebak memang lebih sering menggunakan bahasa Sunda khususnya khas Rangkasbitung. Apalagi untuk daerah di bagian selatan, penggunaan bahasa Indonesia sering tidak sampai dimengerti.
"Kalau marahnya pakai Bahasa Indonesia nggak sampai, emang nggak ngerti masyarakatnya," ujarnya.
Baca Juga: Lebak, Kampung Seribu Jembatan Gantung
Saat ini menurut Eka, bangunan liar yang menyebabkan bupati Lebak marah sudah ditertibkan. Tamannya sendiri menurutnya luasnya sekitar 5 meter.
Dalam video yang saat ini viral tersebut, Bupati Lebak Iti Octavia terlihat sangat marah. Ia mengaku diremehkan oleh pemilik bangunan yang merusak taman dan menggantinya dengan bangunan liar.
"Nganggap remeh dia ka aing, sagala solokan ku dia dicor sagala macem, ku dararia. Naon eta arana? Pak camat kumaha sih teu kakontrol, jaro kumaha sih? (Menganggap remeh kalian ke saya. Solokan dicor oleh kalian. Apa itu? Pak Camat gimana sih nggak ke kontrol, kepala desa?,"
Dalam video tersebut juga bupati sempat mengeluarkan beberapa kali umpatan bernada marah. Ia meminta kepada Satpol PP agar menertibkan bangunan liar.
"Aing ku maneh disapatkeun, nu aya beuheung dia disapatken ku aing dararia. Goblog doang dararia, totol (Saya dipotong sama kalian, yang ada leher kalian saya potong. Goblok kalian semua, totol)," katanya.
"Aya perkembangan naon laporken ka aing, amun desa teu mampu aing turun. Goblok doang (Ada perkembangan apa laporkan ke saya, kalau desa tidak mampu saya turun. Goblok doang)," kata Eka. (bri/fjp)