"Tidak adanya peralatan di puncak kawah menyebabkan tidak diketahuinya kondisi visual secara terus-menerus, sementara puncak kawah berbahaya dan tidak boleh ada aktivitas masyarakat. Karena itu, BNPB bersama PVMBG menerbangkan drone," kata Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho kepada detikcom, Rabu (11/10/2017).
Petugas mengarahkan drone untuk memantau kondisi Gunung Agung. (Foto: dok. Istimewa) |
BNPB mengerahkan lima unit drone dengan spesifikasi masing-masing. Tiga unit drone berjenis fixed-wing, yakni Koax 3.0, Tawon 1.8, dan Mavic. Dua unit drone lagi berjenis rotary-wing, yakni multi-rotor M600 dan Dji Phantom. Namun ketinggian kawah Gunung Agung, yang berada di 10.400 kaki, menyebabkan hanya Koax 3.0 dan Tawon 1.8 yang mampu merekam kondisi kawah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara itu, Kepala BNPB Willem Rampangilei menginisiasi penggunaan drone untuk memantau kawah Gunung Agung. Menurut Willem, tanpa drone, data mitigasi kurang lengkap untuk memahami aktivitas Gunung Agung yang sudah 19 hari berstatus awas namun belum juga meletus.
"Kita harus kerahkan drone yang memiliki spesifikasi khusus terbang tinggi yang mampu mendokumentasikan semua fenomena di kawah. Tanpa drone, kita tidak tahu apa yang terjadi. Citra satelit tidak dapat setiap saat memantau perkembangan kawah. Karena itu, drone menjadi pilihan yang terbaik. Aman, efektif, dan update," ucap Willem. (vid/ams)












































Petugas mengarahkan drone untuk memantau kondisi Gunung Agung. (Foto: dok. Istimewa)