Kabar mengenai kemenangan Dwi di Kompetisi Antar-Space Agency Luar Angkasa DLR itu mengemuka pada Juni 2017. Ada wawancara Dwi di salah satu situs tanah air.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya mengakui bahwa ini adalah kebohongan semata. Saya tidak pernah memenangkan lomba riset teknologi mt&v-space agency dunia di Jerman pada
tahun 2017," kata Dwi dalam surat klarifikasinya yang ditandatangani di atas materai. Surat itu dipublikasikan di situs PPI Delft dan dikutip Minggu (8/10/2017).
Di laman situs yang mengabarkan mengenai kemenangan Dwi itu, ada foto Dwi yang tengah memampang bukti penghargaan dan hadiah senilai 15 ribu euro. Dwi belakangan mengakui bahwa dia sengaja memanipulasi cek template pemberian hadiah tersebut.
![]() |
"Teknologi "Lethal weapon in the sky" dan klaim paten beberapa teknologi adalah tidak benar dan tidak pernah ada. Informasi mengenai saya bersama tim sedang mengembangkan teknologi pesawat tempur generasi ke-6 adalah tidak benar. Informasi bahwa saya (bersama tim) diminta untuk mengembangkan pesawat tempur Euro Typhoon di Airbus Space and Defence menjadi Euro Typhoon NG adalah tidak benar," sambung Dwi.
Dwi adalah mahasiswa doktoral dari Indonesia yang menuntut ilmu di negeri Belanda yakni di Technische Universiteit (TU) Delft. Selama ini kabar mengenai Dwi lekat dengan cerita manis mulai mengenai pretasinya dalam membuat Satellite Launch Vehicle/SLV (Wahana Peluncur Satelit) sampai menang di Kompetisi Antar-Space Agency Luar Angkasa. Muncul juga klaim bahwa dia mengantongi paten di bidang di bidang spacecraft technology. Belakangan diketahui cerita-cerita harum itu ternyata bohong semata. (fjp/fjp)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini