"Saya setuju dengan kegiatan Gubernur (Gubernur Bali Made Mangku Pastika) sebenarnya ini sudah dua minggu masuk minggu ketiga, tapi erupsi belum terjadi juga atau meletusnya sehingga di pengungsi ini menurut kami cukup bahaya kesehatannya," kata Nila di Kejaksaan Agung, Jl Sultan Hasanuddin, Jakarta Selatan, Jumat (6/10/2017).
"Mereka tinggal di tenda ya penyakit akan lebih banyak, jadi artinya pak Gubernur meminta bagi yang tingal di radius tidak membahayakan untuk kembali ke rumahnya, jadi di radius 50 km kan jauh benar, mereka minta kembali," imbuhnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Nila menyebut sebanyak 11 orang telah meninggal dalam kejadian tersebut. Sementara itu, ada pula warga yang mengidap Infeksi saluran Pernapasan akut (ISPA) dan pneumonia. Hal itu karena para pengungsi tidur di luar ruangan atau di tenda, di antara korban itu pun ada anak-anak.
"Umumnya penyakit ISPA, bronkritis, inspeksi saluran napas kan kasian anak-anak itu, gizinya juga terganggu, makannya. Waktu saya ke sana ada yang kena pneumonia 2 anak kecil. Terakhir di laporkan sudah ada 11 yang meningal. Mereka tentu terpapar, bayangin mereka tidur di luar," ujar Nila.
Sementara itu jumlah obat dikatakan Nila mencukupi baik dari pusat maupun daerah.
Sebelumnya, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat jumlah pengungsi Gunung Agung kembali bertambah menjadi 150.159 jiwa di 420 titik. Hal tersebut tak lepas dari faktor psikologis pengungsi yang masih merasa ketakutan.
"Penambahan jumlah pengungsi tidak lepas dari psikologi masyarakat yang ketakutan. Jadi sekarang kita lakukan sosialisasi untuk memberi pemahaman kepada masyarakat bahayanya bagaimana," kata Kepala BNPB Willem Rampangilei di Posko Komando Tanah Ampo, Karangasem, Bali, Kamis (5/10/2017). (yld/jor)











































