"Sebagaimana sebuah alat, tentu ada individu yang memanfaatkan secara negatif dan ada pula yang memanfaatkan secara positif. Jika terjadi perselingkuhan lalu perselisihan dalam rumah tangga karena hal ini, maka sosial media tentu bukan penyebab langsung," kata aktivis perempuan dari Koalisi Masyarakat Sipil untuk Perempuan dan HAM, Tunggal Prawesti, ketika dihubungi detikcom Kamis (5/10/2017) pukul 09.30 WIB.
Tunggal menambahkan dalam situasi lain, medsos dapat juga menjadi penyebab perceraian secara langsung. Misalnya seorang pasangan tergila-gila dengan pemakaian medsos tanpa memperdulikan keluarga. Jika karena itu ia digugat cerai, maka bisa dikatakan medsos sebagai penyebab perceraian secara langsung.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Lihat saja data Komnas Perempuan yang diperoleh dari Pengadilan Agama (PA). Data PA sejumlah 245.548 adalah kekerasan terhadap istri yang berujung pada perceraian. Ini data tahun 2017," papar Tunggal.
Dengan adanya medsos, setiap orang memiliki ruang yang lebih luas untuk mendapat atau sharing informasi. Bisa juga untuk menjangkau dan berhubungan dengan lebih banyak orang. Maka medsos tidak boleh disia-siakan.
"Banyak hal baik yang bisa dilakukan dengan adanya akses dan ruang yang ada ini. Rugi dan sayang sekali kalau cuma untuk melakukan hal buruk," ujar Tunggal.
Berdasarkan data dari dua Pengadilan Agama (PA) yaitu PA Kota Bekasi dan PA Jakarta Barat, Whatsapp atau media sosial lain menjadi salah satu penyebab adanya perceraian. Bahkan dari data di PA Kota Bekasi, perselingkuhan di medsos penyebab paling tinggi yakni 80 persen dari total 2.231 kasus sepanjang tahun 2017. (asp/asp)