"Saya naik berdua dengan keponakan saya," kata Mangku Kari kepada detikcom di Pos Pengungsian Banjar Sibakan, Nongan, Karangasem, Bali, Rabu (4/10/2017).
Pukul 06.00 WITa, Mangku Kari berangkat dari pos pengungsian ke desanya, Temukus, yang masuk zona merah. Ia sembahyang terlebih dahulu di Pura Desa. Tak lama setelah itu, Mangku Kari berjalan dari desa yang berjarak 3 kilometer dari puncak Gunung Agung.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mendekati kawah, sekira 1 kilometer, Mangku Kari mendengar suara keras dari arah kawah. Suara tersebut seperti suara deru mesin pesawat.
"Sangat keras, dari jarak 1 kilometer sudah terdengar seperti suara pesawat," ucap Mangku Kari.
Selama 4 jam lebih mendaki, Mangku Kari akhirnya berhasil mencapai puncak kawah. Namun ia dikejutkan oleh beberapa sosok manusia yang berada di pinggir kawah.
"Saya tidak menyangka bertemu orang di atas, ada dua orang. Saya lihat sudah di pinggir kawah. Salah satu dari mereka adalah Jro Mangku Mokoh dari desa lainnya," ungkap Mangku Kari.
Berada di bibir kawah, ketenangan semakin menyelimuti Jro Mangku Kari. Ia tidak merasakan ketakutan atau kekhawatiran meski melihat langsung 11 titik panas yang mengeluarkan asap sulfatara dan rekahan panjang di tengah kawah.
"Saya lalu berdoa dan menyerahkan canang (sesajen berupa kembang dan dupa). Begitu saya haturkan doa, saya merasa semakin tenang seperti berada di rumah sendiri, suasana hati tenang," pungkas Mangku Kari. (vid/aan)











































