"Sebenarnya ide ini sudah sangat lama, prinsipnya adalah gimana kita membangun kotak-kotak ini betul-betul sinergi, sehingga tidak ada lagi ungkapan masyarakat terkait jaringan utilitas gali lubang tutup lubang," kata Djarot di Balai Kota, Jl Medan Merdeka Selatan, Gambir, Jakarta Pusat, Selasa (3/10/2017).
Djarot mengakui hingga saat ini tidak ada koordinasi dan sinergi di antara pihak operator kabel ketika ingin membenahi jaringannya. Dia sendiri mengaku geregetan melihat trotoar di Jakarta yang selalu 'terbuka'.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Yang menyedihkan lagi, jalan trotoar yang sudah mulus lubangin lagi gali lagi, dan izin tetap diberikan. Ini bukan hanya pemandangan bagus untuk satu kota, tapi kesemrawutan dan kemacetan di Jakarta," urai Djarot.
Untuk itu, Djarot meminta Kadis Binamarga Yusmada Faizal, Asisten Pembangunan DKI Gamal Sinurat, dan Kadis Kominfo DKI Dian Ekowati membuat komitmen bersama operator. Djarot berharap mereka bisa bersinergi membangun jaringan utilitas dengan sistem ducting.
"Ini sudah saya sampaikan 2015, ketika lagi kejar bangun MRT. Kekosongan perundangan aturan bukan kemudian menyebabkan kita bekerja dan tidak manfaatkan jaringan bawah tanah bikin aturan sendiri. Perda dibuat 1999, yang tentu saja berbeda dengan kondisi 2017, 2025, makanya saya perintahkan undang ketemu bareng-bareng. Kota ini kan milik kita bersama," ujarnya.
Djarot juga mengeluhkan efek buruk kabel semrawut itu. Menurutnya, pemandangan Kota Jakarta menjadi kumuh.
"Pemandangan paling tidak mengenakkan kabel seliweran, kayak mi godok. Pemandangan tidak bagus, kumuh, dan tidak tahu kabel milik siapa, ada yang putus, kabelnya masih dipakai apa tidak. Kadang melebar sampai bawah, berbahaya," keluhnya.
"Makanya hari ini tentukan ada komitmen bersama, semua jaringan utilitas masuk ke dalam, terutama PLN, PDAM, yang nggak bisa dicampur itu gas ya, telkom pasti," ujar Djarot. (ams/rvk)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini