"Ini di luar TOD (Transit Oriented Development), itu terlalu jauh, tapi nanti bia jadi nanti ada beberapa terminal yang juga bisa kita jadikan TOD. Dalam hal ini (konektivitas) dengan busway kek, medium kek, atau dengan angkot kek," ucap Andri dalam diskusi publik 'Perjalanan Transportasi Publik Menuju Era Tanpa Uang Tunai', di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia (FIB UI), Depok, Jawa Barat, Senin (2/10/2017).
Andri mengatakan keinginannya itu berawal dari melihat kesemrawutan penumpang setelah turun dari kereta di stasiun. Menurutnya, transportasi lanjutan setelah dari kereta perlu diperhatikan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Nah kami sebetulnya punya bus banyak dengan didukung PSO (Public Service Obligation) yang sangat banyak. Seharusnya kami diminta, penginnya kami seperti itu, padahal kami minta saja nggak dikasih, padahal dia punya itu lahan," kata Andri panjang lebar.
Andry mengaku selama ini telah meminta lahan kepada PT KAI tetapi masih kesulitan. Dia mencontohkan seperti di Stasiun Gambir di mana penumpang harus berjalan cukup jauh untuk mencapai halte TransJakarta.
"Sebenernya yang paling top begitu turun ada angkutan lanjutan yang paling murah. Jangan yang Rp 20 ribu yang di depan. Ini yang Rp 20 ribu yang di depan, yang Rp 3.500 jauh di belakang," ujar Andry.
Dia pun menyoroti soal ego tiap instansi terkait hal itu. Andry menyebut hal seperti itu harus dihilangkan agar pelayanan transportasi untuk publik semakin baik.
"Sebenarnya bisa kita lakukan jika tidak ada ego di antara kita," tuturnya.
Meski demikian, Andri mengatakan bila saat ini sebenarnya sudah ada beberapa stasiun yang lahannya dipakai pula oleh TransJakarta seperti di Manggarai dan Tebet. Dia pun tak memaksakan 17 stasiun di Jakarta harus terkoneksi semua, karena harus dilihat pula kondisi di lapangan.
"Kita lihat juga dengan kondisi stasiunnya. Kalau lahannya ada, ayo kita sama-sama terkoneksi. Kita siapkan bus, PSO-nya, kita siapkan semua. Memang ada stasiun yang sangat sempit. Nah memang perlu perencanaan yang matang agar tidak mengganggu lalu lintas yang lain," kata Andri.
Untuk realisasinya, Andri mengaku terus berkoordinasi dengan PT KAI. Dia berharap agar konektivitas itu bisa segera terwujud.
"Saya cuma minta ayo ini permintaan dari pak menteri. Teori transportasi pun bicara seperti itu. Dan yang paling penting ini untuk meningkatkan layanan transportasi untuk masyarakat," tuturnya. (dhn/dhn)











































