Diorama Kamar Tidur Jadi Favorit Pengunjung di Museum AH Nasution

Diorama Kamar Tidur Jadi Favorit Pengunjung di Museum AH Nasution

Denita Matondang - detikNews
Minggu, 01 Okt 2017 15:49 WIB
Museum AH Nasution (Foto: Denita Br Matondang/detikcom)
Jakarta - Di Hari Kesaktian Pancasila, Museum Jenderal Besar AH Nasution ramai didatangi pengunjung. Pengunjung penasaran dengan peristiwa penculikan jenderal tersebut.

Berdasarkan pantauan detikcom sejak pukul 13.00 WIB, Minggu, (1/10/2017), museum yang berada di Jalan Teuku Umar, Menteng, Jakarta Pusat ini sudah dipadati puluhan pengunjung. Tampak pengunjung dari berbagai umur memadati setiap ruang diorama yang ada.

Salah satu pengunjung, Hadijah Hanama (39) mengaku berkunjung karena penasaran setelah maraknya pemberitaan di media massa yang berkaitan dengan PKI dan remake Film G30/S/PKI. Perempuan asal Sulawesi Tengah ini mengatakan ingin melihat lokasi kejadian secara langsung.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kebetulan agenda kantor saya sudah selesai Jumat lalu. Jadi, saya langsung ke sini bersama keluarga. Karena kan pertama, kita sama-sama tahu beliau paling diincar, nomor 1. Kedua, karena panggilan hati. Saya melihat film itu (Pemberontakan G30/S/PKI), saya baca berita dan dapat informasi museum dibuka, saya ajak keluarga saya ke sini, melihat," kata Hajidah.

Museum Jenderal AH NasutionMuseum Jenderal AH Nasution Foto: Denita Br Matondang/detikcom


Setelah mengunjungi lebih kurang 8 ruangan dan seluruh lokasi museum, ruang tidur Jenderal AH Nasution dan Ade Irma merupakan tempat yang paling menarik baginya. Apa alasannya?

"Kamar karena di situ tempat kejadiannya. Paling genting sekali, awal mulanya bagaimana si anak bungsunya ditembak dan ajudannya juga ikut mati. Sedih ya," Ujar Hajidah.



Senada dengan Hajidah, pengunjung lain yang bernama Eko Saputro menyebut ruang tidur menjadi tempat favoritnya. Dia membayangkan peristiwa penembakan Ade Irma Nasution.

"Seperti kita ketahui sejarah, tentara masuk ke ruang kamar. Sesuatu yang luar biasa dimasukin orang dengan kasar. Secara pribadi kalau kita ngalamin, berat sekali. Saya nggak bisa bayangin, pasti ada semacam trauma," kata Eko yang datang bersama istri dan dua anaknya.

"Saya datang bersama anak saya untuk mengedukasi mereka. Melihat fakta sejarah. Tadikan si Rafli sudah dengar. Aku pikir dia bisa mengetahui," tambahnya.

Berdasarkan pantauan detikcom, hingga saat ini masih tampak Pengunjung memadati museum. Mereka tampak serius mendengarkan cerita sejarah dari penjaga museum. Tak lupa mengambil foto dan video sebagai kenangan. (imk/imk)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads