Warga mengaku tak begitu tahu tentang cerita masa kecil dan remaja Letnan Kolonel Untung bin Samsuri. Padahal di desa itulah pada 3 Juli 1926 Untung yang memiliki nama kecil Kusmindar alias Kusman dilahirkan.
Baca juga: Jejak Letkol Untung, dari PKI Madiun ke Lubang Buaya 1965
Kusman sempat belajar di Sekolah Rakyat 'Seruni' di Desa Bojongsari, Kecamatan Alian, Kabupaten Kebumen Jawa Tengah sampai kelas 3. Sekolah itu kini berganti menjadi SD Negeri 1 Bojongsari. Namun nama Kusmindar atau Kusman alias Untung belum tercatat dalam buku induk siswa di sekolah tersebut. Kepala SD N 1 Bojongsari Edy Sutrisno mengatakan buku induk siswa di sekolahan tersebut baru dibuat tahun 1940. Sehingga bisa jadi Kusman yang lahir pada 3 Juli 1926 tercatat pada dokumen lain yang tidak sempat diamankan oleh pihak sekolah pada waktu itu.
"Data tertua dalam buku induk siswa ini adalah murid kelahiran tahun 1940an, sedangkan Kusmindar kan lahir tahun 1926 jadi kemungkinan belum masuk buku induk ini atau malah tercatat pada buku lain," kata Edy kepada detikcom, Rabu (27/9/2017).
![]() |
Mbah Sadeli (85), warga RT 01/ RW 02, Dusun Kedung Bajul, Desa Bojongsari, Kecamatan Alian, Kabupaten Kebumen mengatakan bahwa sejak usia 10 tahun Kusman pindah ke Solo. Di Solo, Untung tinggal di rumah pamannya, Samsuri. Untung sejak kecil selalu serius, tak pernah tersenyum.
"Potongannya seperti preman. Orang-orang Cina yang membuka praktek-praktek perawatan gigi di daerah saya takut semua kepadanya," kata Letkol CPM (Purn) Suhardi, teman masa kecil Untung di Solo seperti dikutip dari Koran Tempo, 5 Oktober 2009.
Seperti diketahui Untung kemudian menjadi Komandan Batalyon I Kawal Kehormatan Resimen Tjakrabirawa. Batalyon ini berada di ring III pengamanan presiden. Pada sekitar tahun 1964 Untung melangsungkan pernikahan di Kebumen dengan Hartati warga Bojongsari. Namun saat itu tak banyak warga yang diundang. "Mungkin karena sudah menjadi tentara terus dianggap sombong," kata dia.
Menurut Mbah Sadeli, tamu di pernikahan Untung banyak pejabat penting ketika itu. "Tapi enggak tahu siapa saja (yang datang). Sekarang Hartati ke mana juga pada enggak tahu," tambahnya.
Di kalangan perwira Angkatan Darat pada awal 1965 beredar kabar bahwa Pangkostrad Mayjen TNI Soeharto dan istri, Tien, menjadi salah satu tamu yang datang ke pernikahan Untung. Mantan Menteri Luar Negeri Soebandrio dalam bukunya, "Kesaksian tentang G30S" mengatakan bahwa kedatangan seorang komandan dalam pesta pernikahan mantan anak buahnya adalah wajar.
Soeharto datang dengan mengemudikan sendiri mobil jeep dinasnya. Kenyataan itu bagi Soebandrio mengundang pertanyaan tersendiri. Langkah Soeharto mendekati Untung ini terbaca di kalangan elite politik dan militer saat itu, "tetapi mereka hanya sekadar heran pada perhatian Soeharto terhadap Untung yang begitu besar," kata Soebandrio dalam buku tersebut.
Soeharto, dalam biografi 'Soeharto: The Life and Legacy of Indonesia's Second President', mengaku mengenal Untung sejak 1945. Namun dia tak pernah menyinggung ikhwal kehadirannya dalam pernikahan Untung. "Saya mengenal Untung sejak 1945 dan dia merupakan murid pimpinan PKI, Alimin" kata Soeharto dalam buku biografi yang ditulis Retnowati Abdulgani Knapp itu.
Hingga terjadinya peristiwa G30S dan kemudian Letkol Untung dieksekusi mati pada 1966 di Cimahi, Jawa Barat banyak kehidupan pribadinya yang belum terungkap. Termasuk soal kisah cintanya. (erd/jat)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini