Direktur Jenderal Perhubungan Udara Agus Santoso mengungkapkan pihaknya telah berkoordinasi dengan Ditjen Perhubungan Darat untuk menyediakan 300 unit bus yang dapat melayani pengungsi bila Bandara Ngurah Rai ditutup.
Nantinya, ke-300 unit bus itu akan mengantarkan para pengungsi menuju bandara-bandara alternatif yang sudah disiapkan, seperti Lombok, Surabaya, dan Banyuwangi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia juga mengaku telah menyiapkan 10 bandara alternatif terdekat dengan Bandara I Gusti Ngurah Rai, Bali. Adapun bandara yang sudah disiapkan seperti bandara daerah Praya (NTB), Balikpapan (Kalimantan Timur), Ujung Pandang (Sulawesi Selatan), Surabaya (Jawa Timur), Soekarno-Hatta di Jakarta, Banyuwangi (Jawa Timur), dan beberapa bandara terdekat lainnya.
"Beberapa bandara, seperti Jakarta, Surabaya, sampai ke Lombok, kami sudah cek apabila terjadi hal-hal yang tak diinginkan," jelasnya.
Walau demikian, Agus memastikan hingga saat ini Bandara Ngurah Rai masih beroperasi dengan normal. Pihak bandara belum menghentikan aktivitas lantaran belum terdeteksinya abu vulkanik oleh Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) yang dianggap membahayakan penerbangan.
"Yang menjadi ancaman penerbangan tidak akan terpancar dalam kondisi gunungnya belum meletus. Ini tidak ada efek terhadap dunia penerbangan, oleh karena itu masih aman-aman saja. Karena abu vulkanik tidak terdeteksi," tuturnya. (dhn/dhn)











































