Dilansir dari situs esdm.go.id, Jumat (29/9/2017), magnitudo gempa terbesar selama masa krisis adalah gempa dengan magnitudo M4.3 pada tanggal 27 September pukul 13.12 WITA. Gempa-gempa ini mengindikasikan adanya peretakan batuan di dalam tubuh gunung api yang disebabkan pergerakan magma.
Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Badan Geologi, Kementerian ESDM, Kasbani mengungkapkan, perhitungan magnitudo gempa menunjukkan besaran yang terus meningkat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara itu, pantauan jauh satelit mendeteksi adanya emisi asap putih (uap) dan area panas yang baru di kawah puncak Gunung Agung. Luas area panas ini teramati telah membesar selama sepekan terakhir. Termasuk satu rekahan baru di tengah kawah di mana emisi asap putih (uap) juga terus berlangsung.
Kasbani menjelaskan kemungkinan untuk terjadi letusan masih lebih tinggi daripada kemungkinan untuk tidak terjadi letusan. Namun kemungkinan letusan dapat berubah sewaktu-waktu tergantung pada data pemantauan terkini.
"Tanggal dan waktu pasti letusan tidak dapat diprediksi. PVMBG akan mengeluarkan peringatan saat kondisi berubah dan/atau jika teramati kecenderungan yang lebih tinggi untuk terjadi letusan," imbuhnya.
Kasbani memastikan hingga saat ini Bali masih aman untuk berwisata. Namun pengunjung tidak boleh memasuki area terlarang di dekat Gunung Agung.
Wisatawan dilarang mendekat pada radius 9 km dan perluasan sejauh 12 km dari puncak ke arah Tenggara, Selatan dan Baratdaya, dan ke arah Utara hingga Timurlaut. PVMBG terus berkoordinasi dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) untuk memperkuat sistem peringatan dini letusan. (nvl/idh)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini