Masalah pemerataan ekonomi ini harus jadi prioritas, bukan hanya bagi pemerintah tapi juga swasta. Apalagi pada saat yang sama, negara tak cuma menghadapi berbagai masalah ekonomi, tetapi juga masalah social politik keagamaan seperti radikalisme dan terorisme.
Demikian benang merah Forum Dialog 'Merekat Perbedaan, Memperkuat Persatuan', Rabu (27/9), di Jakarta. Pembicara utama dalam forum dialog ini adalah Prof Dr H Ahmad Syafii Maarif yang lebih dikenal dengan panggilan Buya Syafii dan pengusaha Dr Sudhamek AWS. Sedangkan sebagai penanggap adalah mantan Gubernur Bank Indonesia Burhanuddin Abdullah dan mantan KSAL Laksamana (Purn) Marsetio.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Menurut Syafii, bagi sebagian besar masyarakat Indonesia uang tampak begitu liar, tapi bagi sejumlah sektor swasta seperti Sinar Mas, uang terlihat begitu jinak.
"Kemampuan menjinakkan uang inilah yang harus ditularkan kepada masyarakat luas," tambahnya.
Syafii menjelaskan, bangsa Indonesia sesungguhnya sudah memiliki modal yang sangat bernilai, yakni Pancasila, karena setiap sila di dalamnya bisa menjawab setiap masalah secara menyeluruh dari berbagai dimensi. Dalam pemerataan kesejahteraan misalnya, upaya menjawabnya tidak saja dari sisi ekonomi, tapi juga aspek social hingga hati nurani.
Begitu pula dengan ancaman intoleransi dan radikalisme, tidak cukup hanya ditangani dengan penegakan hukum semata, tapi mesti melibatkan pula aspek social, ekonomi, pendidikan dan sebagainya. "Agar tidak muncul paham berani mati karena takut hidup. Itu teologi maut namanya,' tegas mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah ini.
Sedangkan Sudhamek menekankan pentingnya 4 prinsip dasar kemitraan sebagai landasan hubungan sosial ekonomi pemberdayaan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Ke-4 prinsip dasar itu adalah saling membutuhkan, saling menguatkan, saling percaya, dan saling menguntungkan.
Keempat prinsip dasar itu harus dijalankan kalau kita ingin memberdayakan (UMKM). Menurut Sudhamek, selama ini UMKM lebih banyak diperlakukan sebagai objek, bukan subjek.
"Bantuan yang diberikan pun sering setengah jalan, jadinya tidak tuntas," ujarnya.
![]() |