Persoalan Kemiskinan dan Kesenjangan Sosial yang Masih Jadi PR Besar

Persoalan Kemiskinan dan Kesenjangan Sosial yang Masih Jadi PR Besar

Fajar Pratama - detikNews
Rabu, 27 Sep 2017 19:02 WIB
Foto: Istimewa
Jakarta - Pekerjaan rumah bangsa Indonesia paling penting yang harus segera diselesaikan saat ini adalah mempersempit kesenjangan dan mengurangi ketimpangan di antara sesama warganya.

Masalah pemerataan ekonomi ini harus jadi prioritas, bukan hanya bagi pemerintah tapi juga swasta. Apalagi pada saat yang sama, negara tak cuma menghadapi berbagai masalah ekonomi, tetapi juga masalah social politik keagamaan seperti radikalisme dan terorisme.

Demikian benang merah Forum Dialog 'Merekat Perbedaan, Memperkuat Persatuan', Rabu (27/9), di Jakarta. Pembicara utama dalam forum dialog ini adalah Prof Dr H Ahmad Syafii Maarif yang lebih dikenal dengan panggilan Buya Syafii dan pengusaha Dr Sudhamek AWS. Sedangkan sebagai penanggap adalah mantan Gubernur Bank Indonesia Burhanuddin Abdullah dan mantan KSAL Laksamana (Purn) Marsetio.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Persoalan Kemiskinan dan Kesenjangan Sosial yang Masih Jadi PR BesarFoto: Istimewa
"Bung Karno pernah menyatakan, tidak akan ada kemiskinan di dalam Indonesia merdeka. Tapi setelah 72 tahun, kita tahu kemiskinan masih menjadi masalah utama bangsa ini," kata Anggota Dewan Pengarah Unit Kerja Presiden Pembinaan Ideologi Pancasila (UKP Pancasila) Syafii Maarif.

Menurut Syafii, bagi sebagian besar masyarakat Indonesia uang tampak begitu liar, tapi bagi sejumlah sektor swasta seperti Sinar Mas, uang terlihat begitu jinak.

"Kemampuan menjinakkan uang inilah yang harus ditularkan kepada masyarakat luas," tambahnya.

Syafii menjelaskan, bangsa Indonesia sesungguhnya sudah memiliki modal yang sangat bernilai, yakni Pancasila, karena setiap sila di dalamnya bisa menjawab setiap masalah secara menyeluruh dari berbagai dimensi. Dalam pemerataan kesejahteraan misalnya, upaya menjawabnya tidak saja dari sisi ekonomi, tapi juga aspek social hingga hati nurani.

Begitu pula dengan ancaman intoleransi dan radikalisme, tidak cukup hanya ditangani dengan penegakan hukum semata, tapi mesti melibatkan pula aspek social, ekonomi, pendidikan dan sebagainya. "Agar tidak muncul paham berani mati karena takut hidup. Itu teologi maut namanya,' tegas mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah ini.

Sedangkan Sudhamek menekankan pentingnya 4 prinsip dasar kemitraan sebagai landasan hubungan sosial ekonomi pemberdayaan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Ke-4 prinsip dasar itu adalah saling membutuhkan, saling menguatkan, saling percaya, dan saling menguntungkan.

Keempat prinsip dasar itu harus dijalankan kalau kita ingin memberdayakan (UMKM). Menurut Sudhamek, selama ini UMKM lebih banyak diperlakukan sebagai objek, bukan subjek.

"Bantuan yang diberikan pun sering setengah jalan, jadinya tidak tuntas," ujarnya.

Persoalan Kemiskinan dan Kesenjangan Sosial yang Masih Jadi PR BesarFoto: Saleh Husin dan Buya Syafii
Saleh Husin, mantan Menteri Perindustrian yang jadi moderator sekaligus penyelenggara acara menyatakan, diskusi semacam ini, merupakan kegiatan reguler. "Temanya berbeda-beda, mengikuti situasi dan kondisi aktual bangsa ini. Kami punya komitmen kuat untuk tumbuh dan berkembang bersama-sama masyarakat Indonesia, termasuk di dalamnya mendorong percepatan pemerataan ekonomi," ujar Saleh yang kini menjadi Managing Director Presiden Office Sinar Mas ini. (fjp/fjp)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads