Pantauan di Taman Aspirasi, Kawasan Monas, Jakarta Pusat, Rabu (27/9/2017), pada kostum peserta aksi itu tertulis 'Indonesia Darurat Agraria'. Dia juga membawa spanduk bertuliskan 'Program Reforma Agraria Belum Menyentuh Persoalan Perempuan Petani'.
"Aku gantungin cabai, (harganya) tidak sesuai, bibit mahal, biaya produksi tinggi, panen tidak sesuai dengan biaya dikeluarkan," kata Leolintang Anies.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Pengennya buruh-buruh gaji harus sesuai. Untuk buruh petani dari pagi pukul 6.00-10.30 WIB sekitar Rp 40 ribu, berlanjut sampai ashar itu segitu. Untuk petani laki-laki Rp 50 ribu. Sementara perempuan itu sangat energik menanam, memetik. Sangat tidak adil," katanya.
![]() |
Oleh karenanya dia sangat mendukung program reformasi Agraria dijalankan dan berharap pemerintah prorakyat. Apalagi saat ini harga produksi tidak sebanding dengan pendapatan.
"Harapan para petani juga buruh petani itu keadilan untuk masalah agraria, jangan sampai wilayah-wilayah pertanian yang memproduksi jangan alih fungsi lahan, karena mempengaruhi petani dan stok pangan Indonesia," urainya.
"Peningkatan upah buruh tani, karena biaya produksi tinggi dan harga bahan pokok tinggi. Biaya sekolah juga tinggi meski dibilang gratis tetap bayar," sambung Lintang. (ams/rvk)