"Batas radius berbahaya itu mudah terlihat di peta, tapi di lapangan tidak tampak. Di lapangan, masyarakat tidak tahu mereka tinggal di dalam radius berapa. Inilah yang menyebabkan masyarakat yang tinggal di luar garis radius berbahaya pun ikut mengungsi," kata Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho kepada detikcom, Selasa (26/9/2017).
Ditambahkan Sutopo, angka pengungsi terus meningkat juga karena ribuan orang mengungsi ketika status Gunung Agung dari siaga dinaikkan menjadi awas pada malam hari Jumat (22/9) lalu. Pergerakan pengungsi pada malam hari memberikan efek psikologis terhadap masyarakat yang berada di luar zona berbahaya untuk ikut mengungsi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Data resmi BNPB pada pukul 18.00 Wita mencatat sudah ada 81.152 jiwa dengan 405 titik pengungsian. Padahal, menurut Pemkab Karangasem, jumlah warga yang berada di zona berbahaya 9-12 km hanya sekitar 60.000 orang.
"Sekarang masyarakat di sekitar Gunung Agung mengungsi secara mandiri. Justru ini adalah salah satu ciri masyarakat yang tangguh menghadapi bencana, yaitu memiliki daya antisipasi," ucap Sutopo. (vid/idh)











































