"Menurut laporan yang saya terima sudah clear tapi memang ada masyarakat yang kembali mengurus ternak. Ini tantangan kita bagaimana memberikan pemahaman kepada masyarakat supaya tidak lagi kembali ke rumahnya," kata Willem di Pos Pengungsian GOR Swacepura, Gelgel, Klungkung, Bali, Selasa (26/9/2017).
Willem menambahkan Kementerian Pertanian bersama Pemprov Bali tengah mencari solusi untuk masalah ternak tersebut. Sehingga, diharapkan tak ada lagi masyarakat yang masuk ke zona merah radius 9-12 Km dari kawah hanya untuk ternak.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berdasarkan laporan terakhir, Willem menyatakan total 65 ribu jiwa yang tinggal di dalam radius berbahaya tersebut dan telah dievakuasi. Namun penyisiran akan terus dilakukan Satgas Tanggap Darurat untuk meminimalisir korban jika gunung setinggi 3.142 Mdpl itu meletus.
"Radius itu sudah dievakuasi dan jumlahnya 65 ribu orang. Kita dari satgas melakukan penyisiran untuk memastikan tidak ada masyarakat yang tertinggal di daerah bahaya," ucap Willem.
Selain itu, BNPB juga memberikan bantuan senilai Rp 1 miliar untuk pengungsi. Bantuan itu bisa ditambah namun yang terpenting evakuasi dan pelayanan tidak terlambat.
"Kalau ditambah bisa tapi tidak boleh ada delay untuk evakuasi dan pelayanan masyarakat," ujar Willem.
Willem kemudian menjelaskan BNPB dalam kedaruratan Gunung Agung hanya sebagai pendamping dari BPBD dan Pemprov Bali. Sehingga pemerintah pusat akan selalu berada mendampingi pemerintah daerah menangani para pengungsi yang angkanya telah mencapai lebih dari 54 ribu orang.
"Jadi kita selalu ada di sini untuk manajemen kedaruratan mulai dari pendirian posko hingga pembentukan satgas tanggap bencana. Semua sesuai SOP dan prosedur jadi apabila terjadi maka erupsi tidak ada korban itu harapan kita," ucap Willem. (vid/idh)