Profil Dua Prajurit KKO Pengangkat Jenazah Pahlawan Revolusi

Profil Dua Prajurit KKO Pengangkat Jenazah Pahlawan Revolusi

Rois Jajeli, Ardian Fanani - detikNews
Jumat, 22 Sep 2017 10:29 WIB
Foto: Dua Eks anggota Marinir menceritakan mencekamnya proses evakuasi Jenderal TNI yang jenazahnya dibuang ke dalam sumur tua di Lubang Buaya, Jakarta Timur (Rois Jajeli/detikcom).
Banyuwangi - Dua prajurit KKO, -kini marinir-, menceritakan detik-detik pengangkatan jenazah enam jenderal dan satu perwira menengah TNI AD dari sumur tua di Lubang Buaya pada Senin, 4 Oktober 1965. Mereka adalah Pembantu Letna Dua (Purn) Sugimin dan Pelda (purn) Evert Julius Ven Kandouw.

Baca juga: Cerita Eks Marinir Saat Evakuasi Korban PKI dari dalam Sumur

Pada Selasa kemarin detikcom menemui keduanya di rumah Sugimin di Surabaya, Jawa Timur. Meski keduanya tak lagi muda, namun gurat ketegasan masih nampak di wajah mereka.

"Saya sudah tua. Sekarang saya serumah berdua sama istri saja," kata Pelda (Purn) Sugimin di sela perbincangan dengan detikcom di kediamannya di kawasan Ketintang Baru XII, Surabaya, Selasa (19/9/2017).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sugimin yang dilahirkan di Yogya 78 tahun lalu itu, meniti karir di Korps Komando Operasi (KKO)-sekarang Marinir. Beragam tugas di jalani, termasuk menjadi bagian dari Tim evakuasi jenazah 6 jenderal dan 1 perwira pertama TNI Angkatan Darat yang menjadi korban kekejian PKI, yang di dalam sumur tua Lubang Buaya, pada 4 Oktober 1965.

"Waktu menjadi bagian tim evakuasi, saya masih berpangkat Kopral KKO," tuturnya.

VIDEO 20detik: Sosok Para Pengangkut Jenazah Pahlawan Revolusi

Pasukan Kompi Intai Para Amfibi (Kipam), yang sekarang berganti menjadi Taifib (Intai Amfibi) itu, bersama rekan-rekannya yang tergabung dalam tim evakuasi jenazah pahlawan revolusi, menunggu 15 tahun hasil kerjanya diakui oleh pemerintah. Pada tahun 1980, Sugimin dan kawan-kawannya mendapatkan penghargaan dari TNI Angkatan Darat, Kartika Eka Paksi.

Adapun Evert Julius Ven Kandouw yang kini berusia 77 tahun kini tinggal di Sumberberas Kecamatan Muncar, Banyuwangi, Jawa Timur. Dia masuk menjadi prajurit tahun 1955. Setelah pensiun dia menjadi manajer sebuah Koperasi Unit Desa (KUD) Pangan di tempat tinggalnya.

Baik Sugimin maupun Kandouw menyimpan rapat-rapat soal pengalaman mereka mengangkat jenazah pahlawan revolusi. "Baru kali ini saya berbicara dengan wartawan. Selebihnya dulu kita tidak diperbolehkan untuk mengungkap semuanya," kata Kandouw.

Kini, Sugimin menikmati kehidupan pensiunnya. Di rumahnya di kawasan Ketintang Baru XII, dia hanya tinggal bersama istrinya di bangunan rumah yang lebih kecil. Sedangkan rumahnya yang lebih luas dan terletak di samping dengan tempat tinggalnya, disewakan ke orang lain.

Sugimin yang kehidupannya sederhana ini berpesan kepada anak muda, agar kejadian pembunuhan terhadap para jenderal dan perwira pertama TNI Angkatan Darat itu tidak terulang lagi.

"Karena kejadian ini menyangkut masalah martabat manusia. Termasuk PKI-nya. Kan waktu itu ada sekitar 4 juta orang hingga di daerah pedesaan, di pegunungan, dibunuh. Jadi, jangan terulang lagi," harap Sugimin. (erd/erd)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads