"Komite Eksekutif, setelah melalui pertimbangan melelahkan, gagal mencapai konsensus untuk menyetujui agenda Komite Bidang Politik," ucap pemimpin sidang Ferdinand L Hernandez dalam forum Joint Communique AIPA di Hotel Shangri-La Makati, Manila, Filipina, Senin (18/9/2017).
Keputusan ini dibuat setelah Presiden AIPA Pantaleon D Alvarez tidak berhasil meluruskan benang kusut antara Indonesia dan Myanmar. Sedianya Indonesia bersama Malaysia mengajukan rancangan 'Resolusi Memperkuat Upaya Parlemen Mengatasi Isu Kemanusiaan di ASEAN', namun ditolak Myanmar.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ketua Delegasi Indonesia Fadli Zon mengajukan, jika 1 usulan tidak disepakati, 7 agenda lainnya harus mengikuti karena merupakan satu paket. Usulan tersebut hampir berujung deadlock sehingga Presiden AIPA Pantaleon D Alvarez mengajukan mosi penundaan.
Sementara itu, dalam pernyataan final yang terangkum dalam Joint Communique kemarin (18/9), pemimpin sidang membacakan hasil akhir diskusi.
Hasil ini kemudian ditawarkan lagi kepada 10 negara AIPA untuk disetujui. Berbeda dengan sebelumnya, urat beberapa delegasi negara sudah mengendur. Hanya Vietnam yang mengungkit soal keberatan kesembilan negara lain sebelumnya.
"Ada pernyataan bahwa kesembilan negara tidak setuju dengan agenda tersebut. Saya rasa kita juga sempat menyebut sesuatu tentang itu, termasuk ada juga pernyataan dari Singapura," tutur perwakilan delegasi Vietnam.
Singapura, yang sempat menuding Indonesia sebagai pusat deadlock, tidak ingin memperpanjang perdebatan. Justru Singapura ingin membantu mencari jalan keluar.
"Kami mendukung pernyataan (Presiden AIPA) tersebut dan mungkin saya ingin menambahkan sesuatu. Saya pikir kita semua di sini sebagai sesama negara tetangga dan teman se-ASEAN, mari kita menjaga hubungan satu dengan lainnya karena ini sangat penting. Jika kita tidak setuju dengan agenda komite politik, kita akan move on. Kita tetap berteman. Daripada saling berdebat, marilah kita cari cara lain untuk menyelesaikan hal ini," papar perwakilan delegasi Singapura Lim Wee Kiak.
"Kita ingin happy ending," sambung Ferdinand L Hernandez, yang disambut tawa oleh delegasi anggota parlemen 10 negara ASEAN.
Laporan tersebut kemudian menjadi poin terakhir yang diketuk oleh pimpinan AIPA. Ketidaksepakatan berujung diturunkannya seluruh agenda bahasan politik dalam sejarah 40 tahun organisasi ini berdiri.
"Sudah final. Kita tutup dengan tepuk tangan dan salaman karena kita saudara di ASEAN ini. Dan kita menghormati hal itu. Hanya, karena itu kejadian faktual ya, permasalahan itu kan kita sampaikan, terjadi masalah kemanusiaan itu. Dan saya pikir diterima dengan baik tadi, Myanmar juga menerima untuk itu," ucap delegasi Indonesia Sartono Hutomo. (nif/idh)











































