Saat memulai orasi, Sohibul menyanjung pidato Prabowo dan Amien Rais. Dia mengaku sampai menangis mendengar orasi kedua tokoh itu.
"Saya membayangkan mereka berdua orang beruntung bisa diselamatkan Allah. Dan tiba di negeri ini, negeri yang insyaallah menjunjung perdamaian, yang selalu memiliki gotong royong," kata Sohibul di depan massa aksi di depan Patung Kuda, Silang Monas, Jakarta Pusat, Sabtu (16/9/2017).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sohibul membicarakan perjuangan etnis Rohingya yang berusaha bertahan hidup di tengah konflik di Rakhine, Myanmar. Banyak korban tewas akibat kekerasan tersebut.
"Sekarang ini muncul kosakata baru, yaitu yatim-piatu dunia. Banyak orang Rohingya hari ini tidak memiliki ayah-ibu, tempat tinggal tidak punya, dan terusir dari tanah leluhur mereka," kata Sohibul.
"Mereka balita, anak-anak, orang tua, semua hari ini telah menjadi yatim-piatu dunia. Menghadapi yatim-piatu, sesungguhnya rasa kemanusiaan kita sudah pasti tergugah," sambungnya.
Menurut Sohibul, adalah wajar menunjukkan solidaritas untuk para pengungsi Rohingya. Namun itu perlu dilakukan dengan akal sehat dan tidak berakhir dengan merugikan bangsa sendiri.
"Kita tidak boleh memindahkan konflik yang ada di Myanmar kemudian menciptakan konflik di negeri ini. Kita membereskan konflik di sana tapi kita membuat masalah di negeri kita tercinta ini, ini tidak dibenarkan," sebut Sohibul.
"Tidak sesuai dengan semangat Alquran dan semangat Islam rahmatan lil alamin," tambah dia. (ibh/elz)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini