Neneng dan suami merupakan jemaah kelompok terbang (kloter) Embarkasi Jakarta-Pondok Gede 04 (JKG 04). Keduanya dan rombongan berangkat akhir Juli 2017 dan mendarat di Madinah. Menjelang puncak haji, mereka bergeser ke Mekah.
Berdasarkan catatan Sistem Informasi dan Komputerisasi Haji Terpadu (Siskohat), Ahmad Dumyati meninggal pada Selasa, 22 Agustus, setelah dirawat di Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) Mekah selama sepekan. Dia didiagnosis terkena serangan stroke ringan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Khoiri menjelaskan Dumyati sempat melaksanakan umrah wajib dan satu kali umrah sunah. "Saat ingin umrah kedua, beliau sudah merasakan badannya tidak enak, jadi beliau kembali ke hotel dan akhirnya dibawa ke klinik," jelas Khoiri sebagaimana rilis yang diterima Media Center Haji, Jumat (15/9/2017).
Rombongan jemaah JKG 04 tiba di Tanah Air pada Sabtu (9/9). Neneng sendiri membawa dua tas paspor warna oranye yang tergantung di lehernya. Satu tas miliknya, satu milik almarhum suami.
Neneng jelas tak pernah membayangkan kembali ke Asrama Haji Pondok Gede sendiri. Di tempat itu, dia dan suami mengikuti proses pemberangkatan, mulai pemasangan gelang penanda jemaah haji Indonesia hingga persiapan terbang ke Tanah Suci. Semua dilakukan berdua. Namun saat ia kembali ke Asrama Haji, sang suami tak lagi bersamanya.
Di benak Neneng, kini hanya ada kenangan. Ibu empat anak ini mengaku ikhlas. Menurut dia, itu semata-mata kehendak Allah dan merupakan yang terbaik.
"Dia cuma kepengin pulang saja," ujar Neneng soal pesan terakhir sang suami.
Rasa kehilangan yang amat dalam sempat membuat Neneng terguncang. "Alhamdulillah, teman-teman dan ketua rombongan menguatkan,"ujarnya.
Ucapan dukacita datang dari Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Jakarta Pondok Gede. "Ini adalah takdir. Bu Neneng harus meneruskan cita-cita almarhum. Insyaallah, almarhum khusnul khotimah," tutur Saiful Mujab, Wakil Ketua II PPIH Jakarta Pondok Gede. (try/dnu)