1. Brigjen Suhardi Alius
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Saat menjabat Wakil Kepala Polda Metro Jaya 2011 β 2012, Suhardi Alius (kini Komjen, Kepala BNPT) berlagak menjadi warga biasa yang menjadi korban kejahatan. Dengan penampilan cuma bersandal jepit, celana jins, dan kaus, dia mendatangi sebuah polsek di Jakarta Pusat.
Saat melapor, polisi muda yang bertugas menunjukkan sikap cuek dan langsung meminta Suhardi ke pos. "Pas saya lapor malah disuruh ke pospol dan nggak dianterin juga," kata Suhardi saat merilis buku 'Mengubah Pelayanan Polri dari Pimpinan ke Bawahan' di sebuah restoran di Jakarta, 11 Maret 2012.
Di pospol, Suhardi bertemu seorang Bintara yang berusia sudah matang tapi menunjukkan sikap melayani dengan baik. Keesokan paginya, Suhardi mengaku langsung menghubungi pimpinan di Polres Metro Jakarta Pusat untuk memanggil Bintara itu. Selanjutnya, Suhardi memberikan hadiah kepada polisi tua yang dinilainya tulus membantu masyarakat tersebut.
"Yang tidak siap dalam pelayanan dan tidak tanggap, kami ganti," ujar Suhardi tegas.
2. Irjen Arief Sulistyanto
![]() |
Saat baru beberapa hari menjadi Kapolda Kalimantan Barat, Juni 2014, Arief sengaja memboncengkan sang istri berkeliling Kota Pontianak dengan sepeda motor. Di sebuah pos polisi dekat pasar, dia melihat sejumlah pengendara motor bergerombol.
"Polisi-polisi itu nakal. Mereka nangkepin pengendara yang melanggar rambu larangan U-turn lalu dibawa ke pos lantas," katanya kepada pers di Pontianak, 22 Februari 2015.
Setelah hampir satu jam mengamati, dia lalu mendekati pos, tapi diusir oleh para polantas yang bertugas. Arief akhirnya balik memarahi para petugas itu dan menghukumnya. "Akhirnya pos lantas-nya saya bongkar, diubah jadi Balai Polisi dan Masyarakat," terang Arief.
3. Irjen Djoko Prastowo
![]() |
Suatu hari di pengujung 2015, Djoko Prastowo sengaja mengemudikan mobil tanpa atribut kepolisian dan pengawalan di Kota Palembang, Sumatera Selatan. Layaknya warga sipil biasa, di salah satu ruas jalan dia melanggar rambu-rambu dan langsung kena semprit polisi.
Tapi di pos, si polisi tak serta-merta memberikan surat bukti pelanggaran (tilang), melainkan mengajaknya bernegosiasi. Sebaliknya, Djoko berusaha meminta agar dirinya ditilang resmi, hingga akhirnya dia mengalah dan mengeluarkan uang yang diminta si polisi.
Begitu uang diterima, Djoko baru mengungkap jati dirinya sebagai Kapolda Sumatera Selatan dan segera meminta Kabid Propam Kombes Hendro datang ke lokasi untuk mengamankan si oknum polantas.
"Anggota itu tetap memaksa minta duit damai, padahal waktu itu saya minta ditilang saja. Dia (polisi pungli) saya tanya mana surat tugas, malah tidak bisa menunjukkan," ungkap Djoko, 18 Oktober 2016.
Ia sengaja menyamar dalam upaya memberantas praktik pungli di lapangan sesuai kebijakan yang digariskan Presiden Joko Widodo dan Kepala Polri Jenderal Tito Karnavian. "Kita juga tabuh genderang pemberantasan pungli tanpa bikin kaget orang," ujarnya. (ayo/nkn)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini