"Kita baru tahu bahwa anak itu dari salah satu pesantren di Bogor itu. Densus 88 lagi melakukan penyelidikan karena dari pondok pesantren sendiri membantah, mengatakan tidak mendukung ISIS," ujar Setyo di gedung Divisi Humas, Mabes Polri, Jalan Trunojoyo, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Senin (11/9/2017).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dilansir Reuters, Minggu (10/9), awalnya Hatf mengunjungi ayahnya bernama Syaiful Anam di penjara berpengamanan tinggi di Timur Tengah. Hatf menjenguk ayahnya saat ponpes sedang libur. Syaiful Anam menceritakan tentang keterkaitan anaknya dengan kelompok ISIS dalam esai 12 ribu kata, diunggah secara daring.
Hatf memberi tahu ayahnya bahwa teman-teman dan guru-guru dari Ponpes telah pergi berperang untuk ISIS dan "menjadi martir di sana". Anam setuju melepasnya pergi ke medan perang. Dia mengatakan sekolah tempat Hatf belajar dikelola oleh "kawan-kawan seperjuangan yang menyebarkan ideologi kami".
Hatf kemudian pergi ke Suriah dengan kelompoknya pada 2015. Dia bergabung dengan kelompok petarung dari Prancis. Hatf dikabarkan tewas akibat serangan udara. Tiga petempur ISIS asal Indonesia di kota Jarabulus Suriah ikut mati. (aud/fjp)











































