"Boleh dong saya pikir harusnya anak saya kalau masuk PICU bisa selamat, nggak salah dong saya punya pikir kayak gitu," kata Henny saat ditemui di rumahnya Jalan Hussein Sastranegara, Benda, Tangerang, Sabtu (9/9/2017).
Henny merasa masih belum maksimal upaya yang dilakukan untuk menyelamatkan anaknya. Tapi dia tetap belum mendapatkan jawaban pasti soal penyebab meninggalnya Debora.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dirinya sempat bertanya kepada salah seorang suster yang ada di rumah sakit itu. Sang suster menjelaskan anaknya mestinya dibawa ke ruangan PICU agar mendapatkan perawatan yang lebih intensif.
"Oh, jadi anak saya meninggal karena nggak masuk ruang PICU? 'Iya, Bu', jadi kalau masuk ruang PICU bisa diselamatkan dong? Mereka diam, lalu saya tanya 'Bu, saya bisa minta surat pernyataan nggak, kalau anak saya ini nggak bisa masuk ruang PICU karena kurang DP?' susternya bilang 'ngomong sama dokternya' saya karyawan di sini, Pak," cerita Henny.
Meski tak dibawa ke PICU, memang ada upaya penanganan medis dari pihak rumah sakit. Setidaknya tim medis melakukan CPR untuk Debora.
"Saya masih berharap ya orang masih CPR, secara kedokteran masih bisa ditolong, pas dia dateng dimonitor jantungnya, saya tanya gimana dok? 'oh dia nafasnya masih ada, cuma jantungnya berhenti, saya cari cara supaya jantungnya kerja lagi'," cerita Debora saat ditemui di Rumahnya Jalan Hussein Sastranegara, Benda, Tangerang, Sabtu (9/9/2017).
Namun tidak lama setelah dokter menganggap kondisi bayi Debora masih bisa diselamatkan, dirinya mendapat kabar dari dokter bahwa anak bungsunya itu meninggal dunia. Dia sangat kaget karena kejadian yang tiba-tiba itu.
"Tidak berapa lama bilang (setelah itu), saya dikabari, 'ibu, anaknya udah nggak ada', anak saya awalnya nggak apa-apa tiba-tiba gawat. Sampai detik ini saya nggak ada penjelasan kenapa anak saya meninggal," ucap Henny.
Saking terpukulnya Henny mendengar kabar itu, dirinya sempat berteriak sekencang-kencangnya. Bahkan sampai Debora di peti mati, dirinya masih berharap Debora masih hidup.
"Saya sempat bilang, 'Dek, jangan pergi', sampai petinya mau ditutup saya berharap anak saya tuh masih hidup. Saya pegang peluk wah udah kaku, namanya anak bayi kan cepat prosesnya," cerita Henny.
Sebagaimana diketahui, Debora meninggal karena gagal dirawat di PICU rumah sakit Mitra Keluarga Kalideres. Meski sempat dilakukan perawatan, nyawa Debora tak dapat diselamatkan.
Ibunda Debora, Henny juga menunjukkan surat kematian yang dibuat di rumah sakit Mitra Keluarga. Dalam surat tersebut, Debora dinyatakan meninggal pada pukul 10.20 WIB.
Dalam surat itu terlihat penyebab kematian Debora berdasarkan rekam medis karena penyakit tidak menular. Dia dinyatakan meninggal di rumah sakit Mitra Keluarga Kalideres.
Debora meninggal di usia 4 bulan 10 hari. Surat kematian itu ditandatangani oleh orang tua, dan dr Ivan Novianto selaku dokter umum.
Sementara itu RS Mitra Keluarga Kalideres menepis kabar pihaknya tak mau merawat Debora karena kurangnya uang muka. Mereka justru menyebut Henny keberatan soal biaya rumah sakit.
"Ibu pasien mengurus di bagian administrasi, dijelaskan oleh petugas tentang biaya rawat inap ruang khusus ICU, tetapi ibu pasien menyatakan keberatan mengingat kondisi keuangan," demikian penggalan rilis media RS Mitra Keluarga soal bayi Debora yang dikutip detikcom dari situs mitrakeluarga.com. (bag/bag)











































