Henny mengisahkan pengalaman pilunya yang terjadi pada Minggu (3/9) dini hari lalu. Apa yang dikisahkan Henny sama seperti yang disampaikan kerabatnya, Birgaldo Sinaga, melalui akun Facebook-nya.
"Awalnya seperti diceritakan jam 03.00 WIB anak saya sesak napas," kisah Henny membuka perbincangan dengan detikcom, Sabtu (9/9/2017).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya nggak pakai alas kaki, baju seadanya. Saya dan suami lari sekencang-kencangnya, nggak kepikiran rumah sakit kerja sama dengan BPJS apa nggak. Yang penting gimana caranya anak kami selamat," ujarnya.
Dokter meminta Henny dan suami mengurus administrasi untuk masuk ke PICU. Suami Henny langsung diberi price list untuk memberi jaminan masuk ke PICU sebesar Rp 19,8 juta. Setelah mengambil dompet yang tertinggal dan menarik uang yang ada di rekening, ternyata dana yang tersisa hanya Rp 5 juta.
"Ambil uang adanya Ro 5 juta, diserahin ke administrasi, dihitung sudah dipegang petugasnya. Kita bilang nanti siang dilunasin. Kita nggak ada uang pagi buta ini. Tapi pasti kita lunasin," cerita Henny.
Petugas rumah sakit lalu menghubungi atasan untuk meminta izin apakah dengan jumlah Rp 5 juta Debora bisa masuk ke PICU. Ternyata sang atasan petugas itu menolaknya.
"Kami dipanggil lagi. Dia sudah telepon ke atasannya, katanya tidak bisa, minimal Rp 11 juta," sebut Henny.
RS Mitra Keluarga Kalideres sudah menepis kabar pihaknya tak mau merawat Debora karena kurangnya uang muka. Cerita dari RS Mitra Keluarga berbeda dengan keterangan dari kerabat Ibu Henny, Birgaldo Sinaga. Birgaldo mengatakan keluarga Henny sudah mau membayar, meski uangnya kurang.
"Ibu pasien mengurus di bagian administrasi, dijelaskan oleh petugas tentang biaya rawat inap ruang khusus ICU, tetapi ibu pasien menyatakan keberatan mengingat kondisi keuangan," demikian penggalan rilis media RS Mitra Keluarga soal bayi Debora yang dikutip detikcom dari situs mitrakeluarga.com, Sabtu (9/9). (elz/tor)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini