"Jadi yang diundang itu adalah kota, karena kota itu menjadi elemen penting sebagai pelaksana one belt one road (satu sabuk satu jalan/jalur sutra). Kenapa Pangkal Pinang, karena ikuti jalur sutranya itu, ya jadi melewati itu. Kota lain juga ada yang diundang, cuma berhalangan hadir. Kota-kota ini dipandang elemen penting yang bisa membantu merealisasikan pembangunan," ujar Konsul Jenderal RI di Guangzhou, Ratu Silvy Gayatri, Jumat (8/9/2017).
![]() |
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Di situ kan yang hadir ada beberapa kota di China, bukan hanya Kota Nanning saja, beberapa kota juga. Nah pada saat mereka ketemu itu kan ada exchange of view, ada tukar pikiran, tukar pengalaman, di situ kan bisa belajar," jelasnya.
"China ini kan dikenal dengan teknologinya sudah cukup tinggi, pembangunan infrastrukturnya bagus, di situlah kita bisa melihat best practice yang bisa kita pelajari," sambung Sylvi.
Berbagai hal, dari konsep pembangunan green city hingga smart city, dapat dipelajari pemerintah kota dalam forum ini. Forum ini dapat dimanfaatkan untuk mendengar dan mengambil inspirasi kesuksesan kota-kota di China dan ASEAN dalam membangun kota.
"Biasanya dalam setiap pertemuan itu mereka biasanya menunjukkan keberhasilan mereka di bidang yang mereka miliki, misalnya di pertanian, kemudian dari segi teknologi. Karena kan sekarang itu pendekatannya green dan inovasi, nah itu seperti apa, kemudian ada pelabuhan," imbuhnya.
![]() |
Pemerintah kota juga diharapkan dapat memanfaatkan konektivitas antara kota-kota di China dan ASEAN. Hal ini agar konektivitas itu memberi manfaat bagi pembangunan ekonomi nasional.
"Kita menimba pengalaman bagaimana kota-kota di negara lain bisa maju, bisa meningkatkan kemakmuran bagi masyarakatnya, bisa memberi kontribusi bagi pembangunan nasional di Indonesia," katanya. (nvl/ams)