Potensi peningkatan kuota ini disampaikan Dubes RI untuk Kerajaan Arab Saudi Agus Maftuh Abegebriel. Menurut Agus, yang juga Wakil Tetap RI di Organisasi Kerja Sama Islam (OKI), banyak kuota haji negara OKI yang tak terpakai. Celah itu bisa dimanfaatkan Indonesia.
Selain mengambil alih jatah negara OKI, menurut Agus, penambahan kuota bisa dilakukan dengan melobi Pemerintah Saudi. Semua tergantung Pemerintah Indonesia. Tidak mudah menangani ratusan ribu jemaah. Tak hanya terkait kesiapan dalam negeri, tapi juga kondisi Saudi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Meski daftar tunggu calon jemaah haji sangat panjang, Menag tak merekomendasikan penambahan kuota. Menurut dia, yang penting justru fasilitas yang disediakan Saudi. Contohnya tenda di Mina.
"Di sana (Mina), jemaah desak-desakan di tenda. Toilet sangat terbatas," tandasnya.
Tenda di Mina memang cukup menyiksa. Menurut Menag, jangankan tidur, untuk selonjoran kaki saja jemaah tak bebas. Penyebabnya, kuota haji bertambah dan space (tenda) tenda tetap.
Mina termasuk titik krusial dalam penyelenggaraan haji. Di tempat itu, jemaah haji singgah dan bermalam lebih lama dibanding di Arafah dan Muzdalifah.
Pada 2015, Menag sempat memberi usul ke Kementerian Haji Saudi terkait pembenahan kondisi Mina. Karena Mina tak bisa diperluas dengan alasan syari (aturan atau hukum agama), tenda bisa dibuat bertingkat. Dengan demikian, kapasitasnya bertambah.
"Toilet juga dibuat seperti Arafah, bertingkat. Jadi jemaah lebih nyaman," kata Menag.
"Sekali lagi, untuk saat ini, riskan jika kuota ditambah selama fasilitas di sini (Saudi) tidak dibenahi," tuturnya. (try/dhn)











































