"Pada malam tanggal 28 (Agustus), ayahnya ditelepon sama seseorang yang bernama Firman mengatakan anakku dalam kondisi kritis. Terus pada saat itu juga suamiku datang pukul 20.00 WIB ke Jalan Penjernihan Raya 29, kondisi anakku sudah kritis," kata Nina di Mapolda Metro, Jl Sudirman, Jakarta, Jumat (8/9/2017).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dari situ diberi tolong, dibawa ke RS Tanah Abang, dalam kondisi kritis. Sampai Tanah Abang karena tidak ada perawatan, dirujuk ke RS Tarakan. Satu hari di ruang UGD, dipindah ke ICU selama enam hari, sampai anakku meninggal tanggal 3 (September) hari Minggu pukul 17.00 WIB," tuturnya.
Nina mengisahkan saat itu Abi dalam kondisi tak sadar. Fisik Abi juga lebam dan terjadi perdarahan di otak.
"Nggak (sadar), koma selama enam hari. Hari minggu dia meninggal pukul 17.00 WIB. Kondisi fisiknya lebam di sini, kata dokter ada pendarahan di otak sudah melebar," terangnya.
Menurut keterangan dokter, lanjut Nida, luka lebam di tubuh Abi disebabkan benda tumpul. Nina mengaku tidak kuat melihat kondisi anaknya itu.
"Kata dokter ya ini karena benda tumpul," tuturnya.
Keluarga sebenarnya telah mengikhlaskan meninggalnya Abi. Namun dua hari setelahnya, beredar video pengeroyokan terhadap Abi. Keluarga pun melaporkan hal tersebut ke polisi.
"Aku nggak bisa ini ya karena itu tadinya keluarga sudah mengikhlaskan, tiba-tiba dua hari setelah tahlilan ada temannya yang bilang, 'Ini Bu ada videonya'. Tapi aku nggak lihat karena nggak sanggup," ujarnya. (knv/idh)











































