Mereka mengunjungi parlemen pada Kamis (31/8/2017). Ini adalah kunjungan yang juga bertepatan dengan 25 tahun jalinan diplomatik Indonesia-Armenia, terjalin sejak ditandatanganinya Komunike Barsama di Moskow, 22 September 1992.
Sesampai di gedung parlemen di 19 Marshal Baghramyan Ave, Yerevan, mereka disambut oleh Wakil Ketua Parlemen Republik Armenia, Mikayel Melkumyan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Fadli Zon dan rombongan DPR di Parlemen Armenia (Foto: Danu Damarjati/detikcom) |
Wakil Ketua Parlemen Armenia Mikayel Melkumyan mengatakan perdagangan Indonesia-Armenia sangat kecil sekali. Yang dia ingin kembangkan adalah soal peningkatan jumlah turis Indonesia ke Armenia. Negara di pojok Timur Tengah dan di pinggir Benua Eropa ini punya destinasi wisata sejarah yang menarik.
"Satu hal yang krusial di antara negara kita adalah pengembangan turisme. Saya berharap tahun depan akan ada cukup banyak turis dari Indonesia yang mengunjungi Armenia," kata Melkumyan.
Negara ini punya wilayah seluas 29.743 km2, kira-kira lebih kecil dari Provinsi Jawa Tengah yang punya luas 32.800 km2. Letaknya di antara Georgia, Iran, Turki, dan Azerbaijan. Negara pecahan Uni Soviet ini adalah 'land locked' alias tak punya lautan.
Nilai perdagangan RI-Armenia pada 2016 mencapai USD 2,19 juta, turun sebesar 17,77 persen dibanding 2015. Namun pada Januari hingga Mei 2017, ada kenaikan sebesar 37,84 persen dengan angka USD 1,5 juta dibanding periode yang sama di tahun 2016 sebesar USD 1,1 juta. Meski nilai perdagangan RI-Armenia masih relatif kecil, namun sejak 2011 hingga 2016 Indonesia selalu mengalami surplus.
Rapat antara Fadli Zon dan Parlemen Armenia di Yerevan (Foto: Danu Damarjati/detikcom) |
Wisatawan Armenia ke Indonesia pada 2012 pernah tercatat 31 orang, dan pada 2013 ada 85 orang. Kini sudah diberlakukan visa on arrival dan ada fasilitas bebas visa bagi warga negara Armenia yang berkunjung ke Indonesia.
"Kami juga ingin ada penerbangan langsung dari Yerevan ke Jakarta," kata dia soal pelayanan mobilitas Armenia-Indonesia.
Melkumyan juga menyatakan pihak negaranya ingin Indonesia punya kedutaan sendiri di Ibu Kota Armenia. Sebagaimana diketahui, sampai saat ini kedutaan Indonesia untuk Armenia masih gabung dengan KBRI di Ukraina dan Georgia, pusatnya ada di Kiev Ukraina.
"Kami merasa tertarik bila Indonesia punya kedutaan sendiri di Yerevan," kata Melkumyan.
Fadli Zon mengatakan kepada Parlemen Armenia, Indonesia bisa memperbesar kerjasamanya dengan Armenia. "Contohnya untuk turisme, banyak orang Indonesia sekarang ini suka bepergian ke seluruh dunia," kata politisi Partai Gerindra ini.
Dia ingin hubungan positif antar-kedua negara juga terjalin dalam ranah antar-parlemen. Indonesia disebutnya sebagai negara demokrasi terbesar nomor tiga di dunia. Bila ada kerjasama bilateral antar-parlemen yang lebih intens, hubungan kerjasama perdagangan juga bisa ditingkatkan. Selama ini neraca perdangan antar-kedua negara ini masih rendah.
Soal orang Armenia di Indonesia, Fadli menceritakan bahwa keberadaan mereka sudah ada sejak negara sedang dirintis dulu. "Tahun 1945 ada insiden di Hotel Oranye Surabaya. Ada yang menyobek bendera Belanda. Hotel itu sesungguhnya dipunyai orang Armenia. Kebun Binatang Ragunan di Jakarta juga diarsiteki orang Armenia," tutur Fadli.
Pembahasan mulai sedikit berat mengarah ke kepentingan politik Armenia. Konflik Armenia Azerbaijan tentang kawasan Nagorno-Karabakh dibahas. Selanjutnya dibahas soal genosida yang pernah dialami orang-orang Armenia.
Fadli Zon juga ditemani Duta Besar Republik Indonesia untuk Ukraina, Georgia, dan Armenia Yuddy Chrisnandi (kiri) di Armenia (Foto: Muhammad Asrian Mirza/Dok Fadli Zon) |
Genosida dilakukan orang-orang Turki Usmani awal Abad 20. Ini yang menyebabkan hubungan Armenia dengan Turki menjadi tidak terlalu harmonis.
"Dalam hal perdagangan, kami diblokade Turki. Jadi ada alasan bagi kita (Armenia-Indonesia) untuk memperkuat kerjasama, untuk mengembangkan perdagangan bilateral," kata Naira Zohrabyan, Ketua Komite Integrasi Armenia Eropa.
Gara-gara isu genosida dan konflik Nagorno Karabakh, Pada 16 Februari 2015, Presiden Armenia Serz Sargasyan mengumumkan bahwa dia meminta ketua parlemen untuk menarik protokol pembukaan perbatasan dengan Turki. Sampai saat ini, Armenia-Turki tak bisa melangsungkan perdagangan. Barang-barang dari Turki perlu lewat Georgia dahulu baru masuk ke Armenia. (dnu/dkp)












































Fadli Zon dan rombongan DPR di Parlemen Armenia (Foto: Danu Damarjati/detikcom)
Rapat antara Fadli Zon dan Parlemen Armenia di Yerevan (Foto: Danu Damarjati/detikcom)
Fadli Zon juga ditemani Duta Besar Republik Indonesia untuk Ukraina, Georgia, dan Armenia Yuddy Chrisnandi (kiri) di Armenia (Foto: Muhammad Asrian Mirza/Dok Fadli Zon)