"Sebenarnya Pak Harto suka kuda. Dulu sempat didatangkan beberapa kuda dari luar negeri. Kandangnya pun dibuat khusus, tapi tak lama kemudian kuda-kuda itu mati," tulis I Made Soewecha, koordinator PT Rejo Sari Bumi, Tapos, sejak 1974.
Di hadapan sejumlah orang yang berkunjung ke Tapos, Soeharto pernah mengomentari kematian kuda-kuda koleksinya itu. "Ya sudah, kalau orang yang memelihara tidak suka kuda, ya mati semua."
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mungkin karena tahu Soeharto menyukai kuda, saat berkunjung ke Kazakhstan, pada 6-8 April 1995, dia menerima hadiah seekor kuda dari Presiden Nazarbayev. Soeharto sempat menunggangi kuda hadiahnya itu bersama Nazarbayev.
Hampir 30 tahun sebelumnya, Presiden Sukarno juga pernah menerima hadiah kuda. Pemberinya bukan setingkat kepala negara, seperti Nazarbayev, melainkan petani di Uzbekistan. Sejarawan MF Mukthi mengungkapkan cerita ini ada dalam artikelnya, 'Sukarno: Uzbekistan Jauh di Mata Dekat di Hati'.
![]() |
Alkisah, di sela kunjungannya ke Uni Soviet pada 1956, Sukarno sempat meninjau pertanian dan perkebunan di Kzyl-Uzbekistan. Setelah berkeliling dan beraudiensi dengan petani-petani di sana, ia dan rombongan mendapat jamuan makan siang. Selepas makan, suasana makin cair ketika mereka mendapat suguhan orkes yang memainkan musik tradisional plus tarian lokal. Para tamu Indonesia ikut menari bersama. Presiden Sukarno tampak gembira sambil memainkan sebuah alat musik tabuh mirip rebana.
"Sebagai tanda mata, A. Matkabulov, Ketua Pertanian Kzyl-Uzbekistan, menghadiahkan seekor kuda Karabair kepada Sukarno," tulis Mukthi. Dalam artikel yang dimuat di Historia, 6 April 2016, ia tak menjelaskan kelanjutan nasib si kuda Karabair.
Sedangkan kuda hadiah dari Nazarbayev kepada Soeharto dipastikan sudah mati di peternakan Tapos, seperti disampaikan I Made Soewecha di awal tulisan. (jat/bag)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini