"Jadi kalau kejadian hujan yang sangat-sangat lokal, itu fenomena alamiah. Alamiahnya dengan catatan syarat ketentuan berlaku," kata Kepala Humas BMKG Hary Tirto saat dihubungi, Senin (28/8/2017) malam.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hary menyebut syarat terpenuhinya hujan lokal dipengaruhi terpenuhinya parameter cuaca. Seperti suhu, penguapan, kelembapan, kondisi awan dan arah dan kecepatan angin.
Meski begitu, Hary mengakui jika hujan lokal jarang terjadi pada malam hari dan turun di satu area saja. Namun, dia meminta masyarakat agar tak mengaitkan fenomena alam itu dengan klenik.
"Kalaupun itu terjadi lebih banyak di musim transisi atau di kemarau dan antara siang dan menjelang malam. Jadi jangan dikaitkan dengan klenik dulu," pesan Hary.
Hal senada juga disampaikan Kepala Pusat Informasi Meteorologi Publik BMKG Mulyono Prabowo. Mulyono mengatakan, dilihat dari skala ruang dan waktu, hujan yang mengguyur satu rumah di Tebet sulit terjadi. Apalagi melihat dimensi rumah yang hanya berukuran 5x5 meter.
Selain itu, Mulyono menambahkan, untuk hujan setempat atau lokal saja cakupan wilayahnya terjadi cukup besar. Dia menambahkan ketinggian awan pada musim kemarau menjadikan hujan seperti di Tebet sangat sulit terjadi. Ketinggian awan saat musim kemarau yakni sekitar 700 meter hingga 1 kilometer.
"Ambil antara 500-700 meter di atas permukaan. Kemudian kalau itu jatuh hanya pas satu rumah dan itu pada jangka waktu yang lama 6 jam, itu banyak channel dari awan turun ke rumah itu. Pada kondisi musim kemarau potensi hujan lokal seperti ini mudah sekali terganggu karena ada angin jadi mudah bergeser," terangnya.
(ams/ams)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini