Harimau Sumatera Jadi Warga Resmi Kota Dumai
Jumat, 13 Mei 2005 14:40 WIB
Pekanbaru - Untuk pertama kalinya di dunia, ada pemerintahan yang mengakui binatang buas sebagai bagian dari penduduknya. Tak tanggung-tanggung, yang akan dijadikan warga kota itu adalah harimau sumatera.Aneh tapi nyata. Begitulah sikap Pemerintah Kota Dumai-Riau yang tengah berupaya menjadikan harimau sumatera bagian dari penduduk mereka. Hutan Senepis seluas 60 ribu hektar yang berada di semenanjung Selat Malaka itu akan dijadikan kawasan konservasi harimau sumatera. Padahal bukan tidak sedikit perusahaan besar yang mengincar hutan itu untuk dijadikan perkebunan kelapa sawit.Secara kasat mata, mungkin pemerintah Kota Dumai akan lebih untung bila cakupan hutan itu disulap menjadi tanaman monokultur (kelapa sawit). Sejumlah perusahaan pun bolak-balik menawarkan ke Pemko Dumai agar lahan eks HPH itu dijadikan perkebunan sawit. "Tapi semua tawaran itu kita tolak," kata Pelaksana Tugas Sekda Pemko Dumai, Kasiarudin, kepada detikcom, Jumat (13/5/2005).Sedikitnya di kawasan itu saat ini ada 50 harimau sumatera yang hidup bebas di habitatnya. Satwa langka yang selama ini menjadi primadona pemburu karena harganya yang mencapai Rp 250 juta/ekor, akan tetap dipertahankan sebagai salah satu bagian dari penduduk kota Dumai.Secara hitungan ekonomi, Pemda Dumai menyadari menjadikan harimau dari bagian penduduk kota membutuhkan dana yang lumayan banyak. Misalnya saja membayar tenaga ahli dalam pengawasan harimau hingga menjaga habitat harimau dari praktek illegal logging.Mungkin saat ini Pemda setempat harus mengeluarkan koceknya miliaran rupiah. Namun untuk masa mendatang, angan-angan Pemda Dumai untuk menjadikan hutan Senepis sebagai konservasi harimau bukan tidak mungkin menjadi pusat penangkaran harimau terbesar di dunia."Kalau harimau sudah banyak, bukan tidak mungkinkan daerah kita ini menjadi pengeskpor harimau di dunia ini," kata Kasiarudin.Terganjal IzinSayangnya, niat baik Pemda Dumai untuk menjadikan Hutan Senepis sebagai konservasi harimau sumatera ini belum bisa terwujud. Mereka masih terganjal izin dari Menteri Kehutanan atas pelepasan kawasan itu. Walau demikian, Pemda bersama LSM internasional akan terus berjuang ke pemerintah pusat agar Hutan Senepis segara dialihfungsikan dari hutan produksi menjadi kawasan konservasi harimau.Koordinator Program Konservasi Harimau Sumatera (PKHS) Bastoni mengungkapkan, kendati belum memiliki izin, namun pihaknya bersama Pemda Dumai telah sepakat menjadikan Hutan Senepis sebagai kawasan konservasi. Dari hasil survei, di dalam Hutan Senepis selain ditemukan 50 ekor harimau sumatera, juga masih menyimpan banyak jenis satwa lainnya. Misalnya tapir, beruang madu dan macan akar serta aneka ragam satwa lainnya.Dari hasil survei mereka baru-baru ini, seekor harimau betina baru saja melahirkan dua ekor anak. Hal itu dapat dipastikan berdasarkan hasil jepretan kamera otomatis yang dipasang di dalam Hutan Senepis. Dari hasil foto itu terlihat jelas dua anak harimau yang usianya diperkirakan baru 3 bulan itu berkembang dengan baik di kawasan itu."Itu sebabnya kita berharap pemerintah pusat segera mengabulkan keinginan kita memiliki kawasan koservasi harimau di Dumai ini," harap Bastoni.Hauuuummmmmmmmm...................
(nrl/)











































