Khofifah Jadi Penentu Peta Koalisi di Pilgub Jatim 2018

Khofifah Jadi Penentu Peta Koalisi di Pilgub Jatim 2018

Budi Hartadi - detikNews
Sabtu, 26 Agu 2017 10:23 WIB
Khofifah Indar Parawansa. (Dok. Kemensos)
Surabaya - Khofifah Indar Parawansa belum memberikan kepastian maju tidaknya dalam Pemilihan Gubernur (Pilgub) Jatim 2018. Padahal, kepastian majunya Khofifah akan menjadi penentu peta koalisi partai politik di Jawa Timur.

Desakan sejumlah tokoh dan ulama di Jatim yang meminta Khofifah Indar Parawansa turun gunung diamini Ketum PP Muslimat NU tersebut. Bahkan kabar terbaru, Khofifah menemui Presiden RI Joko Widodo di Istana Kepresidenan Selasa (22/8) lalu untuk pamit mengundurkan diri dari kabinet kerja karena hendak mencalonkan di Pilgub Jatim.

Sejumlah partai politik (Parpol) di Jawa Timur hingga saat ini masih menahan diri untuk menentukan arah dukungan kepada calon di Pilgub Jatim 2018 mendatang.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


"Semua kekuatan politik sekarang sedang menunggu kepastian deklarasi Khofifah. Masing-masing masih menyimpan kartu As nya. Baru akan bersikap setelah ada kepastian dari Khofifah," kata Direktur Surabaya Survei Center (SSC) Mochtar W Oetomo, Sabtu (26/8/2018).

Kepastian maju atau tidaknya Khofifah tentunya berpengaruh terhadap konstelasi politik. Sebagaimana diketahui, warga NU di Jawa Timur adalah mayoritas. Bahkan, basis terbesar NU di Indonesia ada di Jawa Timur.

Saat ini, ada kader NU juga yakni Saifullah Yusuf (Gus Ipul) yang juga turut running di Pilgub 2018. Mochtar menyebut, jika Khofifah dan Gus Ipul maju, maka suara NU akan terbelah.

"Karena maju tidaknya Khofifah berpengaruh besar pada keutuhan suara NU. Jika dia maju jelas suara NU dari elit sampai akar rumput akan terbelah. Itu akan menjadi kesempatan bagi kandidat atau partai lain untuk mencuri kemenangan," lanjut Dosen Komunikasi Politik di Universitas Trunojoyo Madura itu.

Namun jika Khofifah tidak jadi maju, maka suara NU akan utuh untuk memilih Gus Ipul di Pilgub Jatim 2018 nanti. Tentunya ini akan sulit bagi kandidat lain untuk mengalahkan Gus Ipul di Pilkada serentak nanti.


"Kalau Khofifah tidak maju suara NU akan cenderung ke Gus Ipul, sehingga, akan sulit bagi kandidat lain untuk bersaing secara kompetitif. Itulah mengapa sampai sekarang partai masih diam semua," jelas Mochtar.

Menurut Mochtar, jika Khofifah jadi maju maka bisa saja PDIP akan mengubah skenario mengusung kader sendiri, yakni Tri Rismaharini. Karena dengan mengusung Risma, sementara di sisi lain Gus Ipul dan Khofifah berebut suara NU, maka ada peluang besar bagi Wali Kota Surabaya tersebut untuk menang.

Demikian juga dengan kandidat lain. Bisa saja Demokrat dan PAN nanti juga akan mengusung jago sendiri. Hal yang sama bisa saja ditempuh Gerindra dan PKS, sangat besar kemungkinannya berkoalisi dan mengusung jago sendiri jika mengharap bola muntah dari persaingan Gus Ipul vs Khofifah.

"Jika Khofifah jadi maju bisa saja Pilgub Jatim nanti akan diikuti 4 pasangan, atau bahkan bisa 5 pasangan kalau ada pasangan dari jalur independen. Tapi kalo Khofifah tidak maju 3 pasangan sudah sangat bagus. Kartu As masih disimpan rapi oleh partai-partai, sementara Khofifah memainkan bolanya." pungkas alumni Universiti Sains Malaysia ini. (bdh/elz)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads