"Nggak... nggak (terlibat)... Pak Menteri ini orang baik," ucap Tonny di KPK, Jalan Kuningan Persada, Jakarta Selatan, saat akan dibawa ke Rutan Pomdam Jaya Guntur.
Tonny ditangkap dalam operasi tangkap tangan (OTT) pada Rabu (23/8/2017) kemarin. Dia diduga menerima suap dari Komisaris PT Adhi Guna Keruktama (AGK) Adiputra Kurniawan terkait proyek pengerukan Pelabuhan Tanjung Emas di Semarang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Pak Menteri nggak. Pak Menteri itu biasanya meninjau kinerja pelabuhan, bukan proyek," tegasnya.
Dari hasil penggeledahan tempat tinggal Tonny di mes perwira Dirjen Hubla, ditemukan 33 tas berisi duit Rp 18,9 miliar. Selain itu, dari 4 ATM, salah satunya tersisa duit Rp 1,174 miliar. Ia mengaku mengumpulkannya sejak 2016, tetapi tidak ingat dari mana saja asal uang tersebut.
"Saya tidak pernah detail dari mana atau proyek yang mana. Mereka datang mengucapkan terima kasih karena saya ajari, 'Kalian harus tender profesional ikutin admin teknis dan harga yang wajar dan termurah'. Mereka berhasil sebagai pemenang, akhirnya memberikan sesuatu, dan itu (akhirnya) salah," kata Tonny.
Sementara itu, sejauh ini kasus yang terjadi di Tanjung Emas dipastikan baru terkait perizinan. Soal asal duit yang mencapai puluhan miliar rupiah, KPK masih menelusuri kaitannya dengan proyek mana saja. Sebab, nominal sebesar itu tidak mungkin hanya diperoleh dari satu proyek.
"Ini sedang didalami sekarang (terkait kasus apa saja). Yang pasti, sementara informasinya masalah pengerjaan pengerukan Pelabuhan Tanjung Emas, Semarang. Jumlahnya memang banyak, jadi nggak mungkin cuma satu, pasti ada dari beberapa kasus. Tapi ini masih dalam pengembangan oleh tim KPK," tegas Wakil Ketua KPK Basaria Panjaitan sebelumnya, Kamis (24/8).
(nif/dnu)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini