Sejumlah warga di Kampung Ciketuk, Desa Sinarjati, menyusuri jalan setapak di Kali Cipamingkis. Dengan langkah kaki gontai, warga membawa ember dan jeriken. Kekeringan ini sudah dialami warga sekitar sebulan ke belakang.
![]() |
"Ini sudah hampir satu bulan, sumur-sumur sudah kering masuk musim kemarau," ujar Warga RT 01 RW 01 Kampung Ciketuk, Desa Sinarjati, Suhatmi, kepada detikcom di Sungai Cipamingkis, Kamis (24/8/2017).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kondisi air di sungai ini pun sudah tampak mengering. Aliran Sungai Cipamingkis mulai mengering dalam tiga bulan terakhir lantaran tidak turun hujan. Air pun menjadi keruh.
![]() |
Untuk mendapatkan air bersih, warga menggali bebatuan di pinggir sungai. Air yang diperoleh dibawa kembali ke rumah dengan berjalan jauh dan terjal.
"Kebanyakan sore warga baru turun buat nyari air. Kalau siang gini panas dan airnya juga keruh," kata Suhatmi.
Suhatmi tidak sendiri, ada juga Sunimah (54) yang ikut mengambil air karena sumurnya sudah kering. Dalam sehari, dia bisa dua kali mengambil air ke sungai.
![]() |
"Hampir setiap memasuki kemarau selalu begini," kata Sunimah, yang berasal dari Desa Ridhogalih. Dia harus berjalan sejauh sekitar 5 km untuk mencapai lokasi tersebut.
Sunimah mengaku kerepotan mencari air karena tidak lagi memiliki suami. Terlebih, jalan yang ditempuh terjal dan jauh.
"Ya terpaksa kalau nggak kuat minta orang untuk ngambil air. Untuk satu ember dikasih Rp 5.000," paparnya. (ed/jbr)