Hal tersebut diungkapkan Ketua MPR Zulkifli Hasan pada kegiatan Sosialisasi Empat Pilar MPR di aula Universitas Islam Nusantara (Uninus), Jalan Soekarno-Hatta, Kota Bandung, Jawa Barat, Rabu (23/8/2017).
Acara tersebut digelar Lembaga Pendidikan Ma'Arif Nahdlatul Ulama (NU) Kota Bandung bekerja sama dengan MPR. Kegiatan ini dihadiri 400 pelajar dan guru NU se-Kota Bandung.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun, saat ditanya siapa pendiri NU, anak-anak itu gelagapan dan membuat Zulkifli geleng-geleng kepala.
"Bayangkan, anak-anak kita (pelajar yang hadir) tidak tahu pendiri Nahdlatul Ulama, itu sejarah. Padahal tidak ada Indonesia merdeka dan yang mempertahankan kemerdekaan tanpa ulama," kata Zulkifli.
Ia menilai Sosialisasi Empat Pilar MPR penting sekali dilakukan, terutama dengan sasaran pelajar dan anak muda, untuk menggugah kecintaan pada Pancasila.
"Penting sekali Sosialisasi Empat Pilar ini. (Untuk) memberikan pengetahuan (bagaimana cerita) Indonesia merdeka. Itu penting untuk anak-anak muda agar bertambah kecintaannya pada (Pancasila)," ungkapnya.
Sebelum mengakhiri kegiatan, Zulkifli berpesan kepada para pelajar yang hadir untuk maju. Ia mengungkapkan kunci sukses, yakni banyak beramal saleh. Selain itu, syarat untuk menjemput masa depan adalah ilmu.
"Kalau sayang sama masa depan, rebutlah ilmu. Belajarlah dengan sungguh-sungguh. Kalau tidak sungguh-sungguh, artinya kalian (pelajar) menyia-nyiakan masa depan kalian," ujar Zulkifli.
Lebih lanjut Zulkifli mengingatkan pernyataan Bung Karno yang berucap menjadi kuli di kampung orang atau menjadi kuli di negeri sendiri.
"Gantungkan cita-cita kalian setinggi-tingginya, caranya dengan belajar secara sungguh-sungguh. Jelajahi dunia dan belajarlah," kata Zulkifli.
Kunci Kesuksesan
Zulkifli juga berbagi kisah tentang kesuksesan. Jika ingin menjadi orang sukses, belajar adalah salah satu cara. Tidak cukup belajar, beribadah dan berpuasa juga harus dilakukan.
"Kalau kita ingin menjadi orang hebat, lakukanlah puasa Senin dan Kamis, salat malam. Kalau itu dikerjakan, insyaallah jadi orang tangguh," katanya.
Puasa Senin dan Kamis serta salat malam sering dilakukan semenjak Zulkifli masih bersekolah. Dari kebiasaannya itu, Zulkifli berujar, ia dapat sukses seperti saat ini menjadi Ketua MPR.
"Dulu sekolah saya nggak pernah pakai sepatu, punya uang juga nggak ada yang jual sepatu. Dulu orang dusun seperti saya mana bisa jadi Menteri Kehutanan, apalagi jadi Ketua MPR. Tapi dengan belajar dan beribadah, saya bisa menjadi seperti saat ini," ungkapnya.
Ia mengakui hanya orang kampung. Bagi orang dusun yang ekonominya pas-pasan, untuk menyelesaikan pendidikan tinggi, dibutuhkan waktu 10 tahun untuk jadi sarjana ekonomi.
"Tapi begitu saja bisa jadi Ketua MPR. Apalagi anak-anak sekarang, bisa melebihi saya," kata Zulkifli menyemangati para pelajar.
"Manusia tidak selalu menemukan jalan lurus, tapi harus melalui jalan mendaki yang terjal baru sukses," imbuhnya.
Bukan hanya itu, kunci sukses lain yang Zulkifli dapatkan saat ini tidak lepas dari peran sosok ibu yang melahirkannya.
"Agar mendapatkan keberkahan, jangan pernah melawan kepada ibu, minta doa restunya, doa ibu adalah keberkahan. Cintai ibu dengan sepenuh hati," ucapnya.
Jadilah Sosok Pancasilais
Zulkifli menuturkan Pancasila bukan untuk mengotak-ngotakkan, tapi mempersatukan. Jalan mufakat sebaiknya dilakukan kalau terjadi permasalahan.
"Kalau kata Bung Karno, negara telah bersumpah melindungi tumpah darah Indonesia," tuturnya
Sebagai warga negara yang baik, Zulkifli berharap, ratusan pelajar itu menjaga NKRI. Ia mencontohkan, yang dimaksudkan menjaga NKRI, orang Jawa, orang Sulawesi, dan lainnya yang tinggal di Bandung haknya sama seperti orang Bandung.
"Itu namanya NKRI. Walaupun dari Jawa, Batak, Makassar, haknya sama, yaitu NKRI," katanya.
Dia menegaskan perbedaan itu kekuatan, bukan kelemahan, keberagaman sumber kreativitas, dan perbedaan itu sumber keindahan.
"Saling menghormati, saling menghargai, jangan mengkafir-kafirkan, itu urusan Allah. Yang NU, Muhammadiyah, Persis, dan lainnya biarlah masing-masing dan melahirkan keindahan itulah Bhinneka Tunggal Ika," ujarnya.
Selain itu, pada 2018 warga Jawa Barat akan memilih sosok pemimpin baru. Zulkifli mengingatkan demokrasi Pancasila yang berkuasa dan berdaulat adalah rakyat.
"Kalau memilih, kuncinya kenali calonnya, lulusan, temannya siapa, bagaimana track record-nya. Pikir betul, pakai hati, baru pilih. Kalau Bapak-Ibu pilih karena sembako, uang, dan balas budi, yang dipilih kita akan membela yang punya uang, bukan rakyat. Pilih pakai pikir, lihat, tanya hati, kalau dia bisa bawa kebaikan baru, pilih. Itu namanya demokrasi Pancasila," tutur Zulkifli. (ega/nwy)











































