Dalam acara penyambutan Polwan pendaki Cartenzs di Mabes Polri, Jl Trunojoyo, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Selasa (22/8/2017) malam, Kapolri menuturkan banyak yang menanyakan perihal sepeda hadiah Presiden itu. Kapolri memaknai pemberian sepeda tersebut sebagai peristiwa bersejarah.
"Saya sampaikan banyak teman yang nanya, mau dikemanakan sepeda itu? Bagi-bagi dong, saya bilang, kalau diberikan kepada seseorang itu habis, dipakai juga kita nggak pernah pakai. Masak mau ditaruh di rumah saja," kata Jenderal Tito.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sepeda itu tidak banyak harganya, mungkin, untuk saya dan istri, tetapi momentum penyerahan sepeda oleh seorang Presiden kepada Ketua Umum Bhayangkari, istri Kapolri, di tanggal peringatan penting 17 Agustus 2017 yang unik. Itu momentum penting dan bersejarah yang mungkin nggak akan terulang lagi," sambungnya.
Istri Kapolri (belakang) saat mendapat hadiah sepeda. (Bagus Prihantoro Nugroho/detikcom) |
Karena nilai sejarahnya, Tito tak ingin menyimpan sepeda itu sendiri. Dia ingin sepeda itu bisa dilihat oleh banyak orang agar mengingat momentum peringatan upacara 17 Agustus 2017.
"Maka itulah saya sampaikan sepeda itu harus disimpan di Museum Polri untuk mengenang momentum, narasi, plus gambarnya," ujar Tito.
"Kemudian yang kedua otomatis untuk menghindarkan dugaan gratifikasi, karena biasanya Bapak Presiden ngasihnya kepada anak sekolah dan anak pesantren sehabis berdialog. Itu nggak ada potensi pidana, tapi kalau seandainya diberikan kepada istri Kapolri," imbuh mantan Kapolda Papua ini.
Istri Kapolri menerima hadiah sepeda dari Presiden karena pakaian adat Papua yang dikenakannya pada upacara 17 Agustus 2017 dianggap sebagai salah satu yang terbaik di antara para peserta upacara. Sepeda itu diberikan seusai upacara dan langsung dituntun oleh Tri Suswati. (knv/tor)












































Istri Kapolri (belakang) saat mendapat hadiah sepeda. (Bagus Prihantoro Nugroho/detikcom)