"Bukannya tambah gemuk, tapi tambah kecil (kurus). Terus ke bidan, ke puskesmas diminta ke ruang gizi, katanya gizi buruk," kata ibu kandung Nia, Badriyah, di rumahnya, Jawilan, Kabupaten Serang, Banten, Selasa (22/8/2017).
Badriyah mengatakan anaknya lahir pada Maret lalu di Desa Kareo, Jawilan, dengan berat badan yang normal saat lahir, yaitu 3,5 kg. Namun Nia tidak menunjukkan perkembangan saat memasuki bulan kedua dan tubuhnya makin kurus.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sepekan menjelang Lebaran pada Juni lalu, Badriyah bersama suaminya membawa Nia ke rumah sakit Serang. Di sana dokter memeriksa Nia dan meminta agar anaknya dirawat karena mengalami gizi buruk.
Namun malang, menurut Badriyah, keluarga saat itu tidak memiliki BPJS. Keluarga pun tidak sanggup jika harus membayar biaya pengobatan sendiri. Apalagi, menurut Badriyah, suaminya hanya pekerja ekspedisi biasa di Jakarta.
"Katanya (bidan) kudu (harus) ada uang Rp 15 juta. Kalau dokter suruh bikin BPJS," ujarnya.
Karena tidak memiliki BPJS, Nia batal mendapatkan perawatan kesehatan. Anak itu pun dibawa pulang kembali ke kampung di Jawilan. Pada bulan Juni juga anaknya terakhir ditimbang di posyandu. Beratnya tidak bertambah, badan Nia masih 3 kilogram dan kurus.
Selain kendala biaya, Badriyah, yang memiliki lima anak, mengaku kesulitan memberikan ASI. Sehari-hari Nia hanya diberi susu formula agar mau minum.
Menurut Badriyah, keluarganya saat ini sedang berusaha membuat BPJS agar anaknya bisa dirawat. Ia sendiri tidak tahu-menahu ada program kesehatan gratis di Banten.
"Harapannya pengin sembuh. Dari umur 40 hari sampai sekarang kurus. Saya juga nggak tahu (kesehatan gratis). Saya mah nggak tahu apa-apa," ujarnya.
Badriyah bersama anak-anaknya sendiri tinggal di Jawilan, Kabupaten Serang. Kecamatan ini berada di daerah Serang bagian timur dan termasuk kawasan industri. Saat detikcom berkunjung, rumah keluarga tersebut termasuk sederhana. (bri/nvl)