Menurutnya, mensyukuri nikmat kemerdekaan sangat dianjurkan oleh agama Islam. Mensyukuri nikmat kemerdekaan harus dilakukan, mengingat saat ini masih ada negara yang belum terbebas dari penjajahan, salah satunya yaitu negara Palestina.
"Mudah-mudahan kemerdekaan kita akan selalu dikaruniai nikmat dari Allah. Karena sejak awal kita sudah mengakui dan mensyukuri kemerdekaan ini, seperti yang tertuang pada alinea pertama Pembukaan UUD NRI Tahun 1945 (atas berkat rahmat Allah dan didorong keinginan luhur),"kata Hidayat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di hadapan kader dan simpatisan DDI Kota Bandar Lampung, Hidayat mengajak untuk mencontoh dan melanjutkan perjuangan pendiri sekaligus pengurus pusat DDI Mohammad Natsir. Berkat keberaniannya menyampaikan mosi integral Natsir di hadapan sidang paripurna DPR RIS 3 April 1950, Indonesia bisa kembali utuh di bawah konstitusi UUD 1945.
Mosi integral Natsir berarti menolak RIS dan kembali kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang disetujui sejak 18 Agustus 1949. Karena itu, pada 17 Agustus 1950 diproklamirkan kembalinya NKRI.
Pemikiran cemerlang Natsir yang juga Ketua Fraksi Partai Masyumi, itu akhirnya diterima dan diakui oleh Sukarno dan Mohammad Hatta. Kedua proklamator itu pun mengikuti pemikiran Natsir agar Indonesia tidak terpecah dan kembali menjadi NKRI.
"Inilah jejak-jejak perjuangan umat Islam menjaga keutuhan NKRI. Karena itu tidak benar kalau islam dan Indonesia didikotomikan. Tidak benar kalau dikatakan Islam anti NKRI", kata Hidayat.
Menurut Hidayat bila ada pihak yang mengatakan bahwa Islam anti-NKRI, sama artinya dengan memutar balikkan sejarah. Sejak dahulu Islam dan Indonesia tidak pernah berpisah. Bahkan banyak umat muslim dan tokoh-tokoh Islam yang berkorban demi keutuhan bangsa Indonesia.
Nama-nama seperti Mohammad Natsir, Hasyim Asy'ari, dan Panglima Besar Jenderal Soedirman hanyalah sebagian kecil tokoh Islam yang berani berjuang demi bangsa dan negara Indonesia.
Foto: Dok MPR |
Bila Natsir dikenal dengan mosi integral Natsir, maka Hasyim Asy'ari dikenal sebagai pelopor revolusi jihad, yang menimbulkan keberanian dikalangan santri.
Sementara Panglima Soedirman merupakan sosok yang pantang menyerah. Meski hampir seluruh kawasan dan semua pimpinan nasional dipenjarakan kolonialis, Soedirman yang menderita sakit paru-paru akut memilih melakukan perlawanan gerilya.
Meski ditandu Soedirman berhasil mengalahkan klaim Belanda bahwa mereka telah menguasai NKRI. Soedirman juga berhasil meyakinkan dunia internasional bahwa Indonesia masih ada.
"Ada tiga rahasia mengapa Soedirman tak bisa ditangkap oleh Belanda selama menjalankan peraing gerilya. Pertama tak pernah putus wudu, lalu selalu salat tepat waktu, dan berbakti pada orangtua," ungkapnya.
Rahasia sukses gerilya Jenderal Soedirman ini sempat disampaikan pengawalnya, yaitu Soeparjo Rustam dan dibenarkan Panglima TNI Jendral Gatot Nurmantyo.
Traktir Warga Makan Bubur Ayam
Foto: Dok MPR |
Kunjungan Hidyat ke Lampung juga menjadi kesenangan tersendiri bagi sebagian masyarakat Lampung. Dalam perjalanan menuju lokasi Sosialisasi Empat Pilar MPR, tiba-tiba Hidayat mengajak rombongan mampir untuk menyantap bubur ayam H. Rohman, di tepian lapangan Merah, Enggal Saburaya, Bandar lampung.
Hidayat berbaur dengan masyarakat Lampung yang baru saja melaksanakan olahraga dan menikmati semangkok bubur ayam yang dijual Rp 13 ribu per porsi.
Sembari menikmati bubur ayam, politisi PKS ini juga mendapat hiburan dari seorang pengamen bernama Eko. Saat mengamen, Eko menyanyikan salah satu lagu gebyar-gebyar karangan (alm) Gombloh.
Kabahagiaan warga Lampung atas kehadiran Wakil Ketua MPR makin lengkap karena mereka yang menikmati bubur ayam, semuanya ditraktir oleh Hidayat. Bahkan Hidayat mempersilakan mereka untuk menambah, bila masih kurang. (ega/nwy)












































Foto: Dok MPR
Foto: Dok MPR