"Ada kesulitan, kita mau ambil air bersih tidak ada. Kalau tidak ada air hujan tidak ada yang bisa diminum," ujar Sahariah saat ditemui detikcom di Patok 4 Perbatasan Indonesia-Malaysia, Desa Aji Kuning, Sebatik, Kalimantan Utara, Rabu (16/8/2017).
Selain itu, Ibu yang mempunyai empat anak ini mengeluhkan aliran listrik yang kerapkali mengalami pemadaman. Setiap hari, kata dia, pemadaman listrik pada waktu pagi hingga malam.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Listrik kadang hidup, kadang mati. Kalau mati ya sabar saja menunggu. Mungkin karena tidak bisa menampung, mesinnya kecil. Tiga kali semalam, pas makan malam mati. Kadang bisa tiga jam, tengah malah sampai subuh," ucap Sahariah.
Senada dengan Sahariah, warga Desa Aji Kuning Mardiana (28) menyatakan tidak ada saluran air di Patok 3 Perbatasan Indonesia dengan Malaysia. Sehingga beberapa warga mengalami kesulitan untuk mendapatkan air bersih.
"Kehidupan begini kekurangan air. Di sini belum ada saluran air. Cuma mengandalkan air hujan," ujar Mardiana.
Mardiana mengaku suaminya kerapkali membeli air ke pedagang. Harga air bersih Rp 10.000 per liter.
"Beli 10 ribu satu liter. Ada kunjungan pemerintah tidak ada bantuan sama sekali," kata Mardiana.
Selain itu, Mardiana juga mengeluhkan, dirinya merasakan pemadaman listrik yang kerapkali terjadi di wilayah sekitarnya. "Seharian ini mati. Setiap hari pasti tergantung siang atau malam," kata Mardiana.
detikcom melihat langsung air yang berada di rumah warga Desa Aji Kuning. Air yang berada di rumah tersebut sedikit berwarna coklat, dan air berasa asin. (fai/rvk)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini