"Ya, pada intinya sebetulnya kalau saya bilang sih kalau dihubungkan dengan kinerja ya sebenarnya sebab bagaimana pun konteksnya harus dihubungkan dengan kinerja dewan juga, kalau dihubungkan ke situ belum mendesak," ujar Harris saat berbincang, Rabu (16/8/2017) malam.
Menurut Harris, tidak elok apabila anggota DPR terus menerus menuntut fasilitas baru sementara kinerja mereka tak meningkat. Fasilitas saat ini pun dianggap cukup memadai untuk para politikus Senayan tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Harris lantas mengungkapkan produk legislasi yang dihasilkan DPR kerapkali tak mencapai target. Kasus korupsi yang menjerat beberapa anggota DPR pun menambah deretan kekecewaan publik terhadap mereka.
"Ya itu jelas ya, produk legislasi yang dihasilkan oleh dewan presentasinya kecil sekali, setiap tahun itu paling banyak sekitar 10 persen. Termasuk tahun ini ya kita belum tahu, paling 10 persen. Yang kedua adalah komitmen untuk penegakan hukum, korupsi itu juga ini," ungkapnya.
Sebelumnya, Ketua Badan Urusan Rumah Tangga (BURT) DPR Anton Sihombing menjelaskan anggaran pembangunan gedung baru DPR sebesar Rp 320,44 miliar untuk tahap pertama. Dana Rp 320,44 miliar tersebut telah terdapat dalam APBN 2018 DPR sebesar Rp 5,7 triliun.
"Dananya itu Rp 320,44 miliar kalau untuk gedung," jelas Anton di gedung DPR, Senayan, Jakarta, Rabu (16/8).
Anton mengatakan pembangunan gedung baru DPR itu bersifat multiyears. Lebih lanjut, dalam APBN 2018 DPR sebesar Rp 5,7 triliun, terdapat juga alokasi dana untuk pembangunan alun-alun demokrasi.
"Untuk alun-alun demokrasi Rp 280 miliar. Jadi semua itu Rp 601 miliar. Itu alun-alun Rp 280 M (miliar) sekian, gedung Rp 320,44 miliar," katanya. (knv/dhn)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini