Miris, Siswa di MTSN Depok Belajar Tanpa Meja dan Kursi

Miris, Siswa di MTSN Depok Belajar Tanpa Meja dan Kursi

Samsudhuha Wildansyah - detikNews
Rabu, 16 Agu 2017 18:44 WIB
Foto: Samsudhuha Wildansyah/ detikcom
Jakarta - Para siswa di Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTSN) Depok harus belajar dalam keterbatasan. Tanpa meja dan kursi, mereka setiap harinya menimba ilmu dari guru-guru di sana. Selain itu, satu kelas juga diisi hingga 30 siswa.

Pantauan detikcom di MTS Negeri Depok, Kampung Sawah, Cilodong, Rabu (16/8/2017), suasana sekolah tampak sepi sebab siswa sudah pulang. detikcom kemudian mencari kelas yang disebut tidak memiliki meja dan kursi itu.

Dari penjelasan Humas MTSN Depok, Ulil Absor, kelas yang tidak memiliki meja dan kursi itu ada di kelas IX. Di dalam kelas, memang tidak ada meja dan kursi dan ukuran kelas juga tidak terlalu besar. Hanya ada satu meja dan kursi guru di kelas serta papan tulis.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Salah satu penyebab tidak adanya bangku dan meja karena adanya penerapan kurikulum 2013 yang menyebabkan adanya 2 shift. Dari pembagian waktu itu terdapat penambahan jumlah siswa di tiap shift-nya.

"Awalnya itu kita pagi-siang ada 2 shift. Nah karena ada penerapan kurikulum 2013 yang tidak bisa diterapkan 2 shift jadi harus satu shift dan pagi semua. Akhirnya kelas siang yang 12 kelas itu di pagi-kan semua. Makanya itu awalnya kita penyekatan kelas. Setelah disekat ternyata ada kendala yaitu meja sama kursi kurang, kan awalnya pagi dan siang dipakai bersama" kata Ulil.

Siswa kelas IX itu terpaksa harus belajar dengan lesehan di lantai. Wakil Kepala Bidang Kurikulum MTSN Depok, Asep Saifullah mengatakan belajar dengan kondisi seperti itu menyulitkan guru dan siswa. Apalagi siswa kelas IX juga harus mempersiapkan untuk Ujian Nasional (UN).

Sebab tidak konsentrasi belajar sambil lesehan, Asep melanjutkan, tak jarang siswa akhirnya tidur-tiduran di dalam kelas. Para guru harus bekerja ekstra dan memberikan motivasi kepada mereka.

"Sedikit kenyamanan anak terganggu. Ya memang beda pasti secara psikologis anak yang pakai bangku dan tidak pakai bangku. Kelelahan mereka juga pasti beda dari pagi sampai siang harus lesehan seperti itu. Keefektifannya kurang akibat siswa lesehan karena mungkin lesehan itu," kata Asep.

"Karena belajarnya lesehan pasti agak pegal dan berbeda dengan teman yang tidak lesehan. Kalau lesehan mereka cenderung tiduran jadi kita harus ada perhatian yang ekstra," lanjutnya.

Melihat kondisi kelas yang minim fasilitas, pihak sekolah telah menyerahkan proposal bantuan ke DPRD Kota Depok. Selain itu, Kementerian Agama juga akan membantu pengadaan fasilitas di sekolah.

"Jadi walau kesulitan kita berusaha untuk mengupayakan mebel tetap ada. Untuk pengadaan, kita harus mengajukan ke pimpinan DPRD Depok. Alhamdulillah kemarin pimpinan menyanggupi itu. Kemarin Ketua DPRD Depok juga berkunjung ke sini. Kita juga Alhamdulillah tahun ini dari Kementerian Agama dapat bantuan 4 kelas dalam bentuk bangunan, sekarang lagi proses pembangunan," jelas Asep. (nkn/imk)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.

Hide Ads