Chicco mengenakan kaus polo hitam berlogo World Wildlife Fund (WWF) dan topi hitam. Kegiatan itu berlangsung di Museum Aceh di Banda Aceh, Selasa (15/8/2017). Kegiatan ini dimulai sekitar pukul 10.30 WIB dan kemudian dilanjutkan dengan berkunjung ke dalam museum.
Dalam kegiatan itu, Chicco berbicara banyak soal gajah, termasuk pentingnya menyelamatkan hewan berbelalai tersebut. Beberapa pelajar terlihat menyimak dengan serius. Pada akhir acara, Chicco melemparkan dua pertanyaan yang dijawab dengan antusias oleh anak-anak.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tubuh, telinga," jawab seorang pelajar.
Pertanyaan kedua berkaitan dengan warna gajah. Pelajar yang bisa menjawab mendapat bingkisan dari WWF.
"Siapa yang tahu warna gajah?" tanya Chicco lagi.
"Warna abu-abu," jawab seorang pelajar bernama Zahir.
Chicco Jerikho bercerita soal gajah di hadapan anak-anak Aceh. (Agus Setyadi/detikcom) |
Menurut Chicco, dia baru pertama kali berkunjung ke Tanah Rencong dan kedatangannya untuk melakukan observasi tentang gajah. Di Aceh, dia juga melakukan syuting film dokumenter tentang satwa yang dilindungi tersebut. Pasalnya, populasi gajah Sumatera terbesar berada di Aceh.
"Saya dengar belakangan ini ada konflik antara gajah dengan manusia. Dan itulah yang ingin kami teliti apa sih penyebab konflik antara manusia dengan gajah," kata Chicco kepada wartawan.
Chicco Jerikho di Museum Aceh. (Agus Setyadi/detikcom) |
Chicco dan tim sudah berkunjung ke daerah Karang Ampar di Kabupaten Bener Meriah, Aceh. Di sana, mereka mengobrol dengan beberapa warga untuk mengetahui penyebab terjadinya konflik. Sedangkan di Banda Aceh, Chicco berkunjung ke museum untuk melihat koleksi yang berkaitan dengan gajah.
"Kami juga sempat ngobrol dengan beberapa warga dan penyebab konflik ini adalah habitatnya mulai mengecil, jadi gajah ini tidak bisa keliling jauh," ungkap Chicco. (ams/ams)












































Chicco Jerikho bercerita soal gajah di hadapan anak-anak Aceh. (Agus Setyadi/detikcom)
Chicco Jerikho di Museum Aceh. (Agus Setyadi/detikcom)