"Kami masih sosialisasi sifatnya. Jepang juga sudah seperti itu, ternyata di Jepang lebih efektif," kata Wakil Kepala Stasiun Tanah Abang, Deni Setiawan, saat ditemui detikcom, di Stasiun Tanah Abang, Jakarta Pusat, Jumat (11/8/2017).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tujuannya kan agar mobilitas penumpang jadi lebih terurai. Pada saat kedatangan kereta, penumpang langsung turun satu rangkaian. Sementara kita cuma punya eskalator satu. Itu kalau dia cuman stuck di situ saja ya nunggu sampai ke atas dulu, baru naik dua (penumpang)," jelas Deni.
"Ya, kalau yang satu diam di kiri. Kanan jalankan, sebelahnya ini naik langsung. Bisa 1 banding 3 itu bedanya," lanjut Deni.
![]() |
Deni mengatakan saat ini ada 6 eskalator yang dijaga oleh petugas yang memberi imbauan. Namun ke depannya ia merencanakan akan menggunakan alat perekam seperti di dalam KRL untuk mengimbau penumpang.
"Jadi kayak imbauan di KRL itu kan ada dilarang buang sampah sembarangan, dilarang bersandar. Jadi eskalator itu kita mintakan agar dipasang alat, agar tidak berhenti-berhenti imbauan. Imbauannya berupa rekaman di pengeras suara," ujarnya.
![]() |
Deni juga mengimbau pada penumpang agar lebih tertib saat naik maupun turun menggunakan eskalator. Ia berharap dengan kapasitas eskalator yang terbatas, peraturan ini mampu mengurai mobilitas penumpang khususnya di eskalator.
"Ya lebih tertib saja, penumpang lebih sabar, karena memang namanya kapasitas terbatas, jumlah penumpang banyak ya. Kalau lebih sabar kan lebih tertib, jadi lebih terurai, kalau misalnya nggak sabar nggak tertib, jadi numpuk. Jadi akhirnya beradu malah makin lama lagi terurainya," tutupnya. (cim/imk)